Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Masih Bergejolak, IHSG Melemah pada Akhir Sesi I

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,19 persen atau 11,78 poin ke level 6.278,77 pada akhir sesi I, setelah dibuka rebound dengan penguatan 0,04 persen atau 2,82 poin di level 6.293,36 pagi ini.
Ilustrasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)./JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan di zona merah hingga akhir perdagangan sesi I hari ini, Selasa (3/9/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,19 persen atau 11,78 poin ke level 6.278,77 pada akhir sesi I, setelah dibuka rebound dengan penguatan 0,04 persen atau 2,82 poin di level 6.293,36 pagi ini.

Pada perdagangan Senin (2/9), IHSG ditutup di zona merah dengan pelemahan 0,60 persen atau 37,92 poin ke level 6.290,55.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 6.277,45-6.310,63.

Lima dari sembilan sektor bergerak negatif, dipimpin sektor aneka industri yang melemah 1,18 persen, disusul sektor infrastruktur yang turun 0,67 persen. Di sisi lain, empat sektor menguat, dipimpin oleh sektor properti yang menguat 1,69 persen.

Dari 650 saham yang diperdagangkan, 183 saham menguat, 192 saham melemah, sedangkan 276 saham lainnya stagnan.

Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing melemah 1,59 persen dan 2,09 persen menjadi penekan utama atas pelemahan IHSG pada sesi I.

Indeks saham lainnya di Asia bergerak variatif hari ini, di antaranya indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang yang masing-masing menguat 0,14 persen dan 0,52 persen, sedangkan indeks FTSE Straits Time Singapura menguat 0,24 persen.

Di sisi lain, indeks saham Shanghai Composite dan CSI 300 melemah masing-masing 0,05 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,07 persen.

Bursa saham Asia dan global tertahan pada hari ini oleh gesekan perdagangan AS-China di tengah penantian pelaku pasar terhadap realisasi perundingan perdagangan berikutnya. Kedua belah pihak dikabarkan masih mencari jadwal pertemuan yang direncanakan pada bulan ini.

Dilansir dari Bloomberg, seorang sumber mengatakan tanggal kunjungan pejabat China ke ibukota AS belum ditetapkan, meskipun belum tentu menjadi pertanda bahwa pertemuan tersebut batal.

Dalam percakapan selama sepekan terakhir, kedua belah pihak gagal untuk menyetujui setidaknya dua permintaan, di antaranya banding AS untuk menetapkan beberapa parameter pada putaran pembicaraan berikutnya dan seruan China untuk menunda tarif baru. Trump tetap melanjutkan kenaikan tarif impor pada hari Minggu (1/9/2019).

Media pemerintah China bereaksi dengan memberi sinyal bahwa pemerintah siap menghadapi gejolak ekonomi. Beijing kemudian mengatakan pihaknya berencana untuk mengajukan keluhan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terhadap tarif impor AS di bawah proses penyelesaian sengketa, Kementerian Perdagangan pada Senin (1/9).

"Kami memiliki begitu banyak masalah di seluruh dunia, mulai dari perang dagang AS-China dan Brexit. Tetapi investor tampaknya mulai terbiasa dengan berbagai hal tersebut," kata Hiroyuki Ueno, analis senior di Sumitomo Mitsui Trust Asset Management, seperti dikutip Reuters.

"Tidak ada yang benar-benar berpikir Washington dan Beijing akan menyelesaikan masalah. Tetapi selama ekonomi AS terus berjalan, harga saham akan melemah terbatas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper