Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suplai Bahan Bakar Turun Gede-gedean, Harga Minyak Naik Lagi

Harga minyak mentah berhasil membalik pelemahannya dan ditutup menguat pada perdagangan Kamis (17/10/2019) setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) melaporkan penurunan persediaan bahan bakar dalam jumlah besar.
Matahari terbenam di belakang sebuah pompa minyak di luar Saint-Fiacre, dekat Paris, Prancis 17 September 2019./REUTERS-Christian Hartmann
Matahari terbenam di belakang sebuah pompa minyak di luar Saint-Fiacre, dekat Paris, Prancis 17 September 2019./REUTERS-Christian Hartmann

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berhasil membalik pelemahannya dan ditutup menguat pada perdagangan Kamis (17/10/2019) setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) melaporkan penurunan persediaan bahan bakar dalam jumlah besar.

Penurunan tersebut melampaui peningkatan jumlah persediaan minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak November 2019 menguat 57 sen atau 1,1 persen dan berakhir di level US$53,93 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sejalan dengan WTI, minyak Brent untuk kontrak Desember 2019 ditutup naik 49 sen di level US$59,91 per barel di ICE Futures Europe Exchange. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$5,88 terhadap WTI untuk bulan yang sama.

Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa pasokan bensin dan minyak distilasi AS secara gabungan menyusut sebesar 6,4 juta barel setelah hampir 17 persen dari kapasitas penyulingan domestik terhenti pekan lalu.

Pada saat yang sama, harga minyak mentah juga mengikuti penguatan pasar modal AS di tengah serentetan laporan laba perusahaan yang sebagian besar positif.

“Penurunan besar pada bensin dan minyak distilasi sangat mendukung (harga),” ujar Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group Inc., Chicago.

Sebelum berbalik menguat, harga minyak sempat anjlok di awal sesi perdagangan setelah data EIA menunjukkan stok minyak mentah AS membengkak lebih dari tiga kali lipat perkiraan analis dalam survei Bloomberg.

Harga minyak mentah telah berada di bawah tekanan selama berbulan-bulan karena kekhawatiran yang berlarut-larut tentang kekuatan permintaan global dan meningkatnya output dari ladang minyak shale AS.

“Laporan inventaris mingguan ini menjadi ketukan perdagangan jangka pendek,” ujar Nick Holmes dari Tortoise di Leawood, Kansas.

"Kekhawatiran tentang ke mana permintaan akan mengguncang untuk sisa tahun ini dan tahun 2020 telah membebani harga minyak mentah,” tambahnya.

Spread minyak WTI periode Desember 2019-Desember 2020 melebar 46 sen menjadi US$2,53 per barel, karena permintaan ekspor kemungkinan akan meningkat akibat penurunan biaya pengiriman dari level tertinggi.

Sementara itu, tarif angkutan melonjak dalam beberapa pekan terakhir setelah pemerintah AS menjatuhkan sanksi pada beberapa anak perusahaan COSCO Shipping Corp China.

Pergerakan minyak mentah WTI kontrak November 2019

Tanggal

Harga (US$/barel)

Perubahan

17/10/2019

53,93

+0,57 poin

16/10/2019

53,36

+0,55 poin

15/10/2019

52,81

-0,78 poin

Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Desember 2019

Tanggal

Harga (US$/barel)

Perubahan

17/10/2019

59,91

+0,49 poin

16/10/2019

59,42

+0,68 poin

15/10/2019

58,74

-0,61 poin

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper