Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Saham Negara Berkembang Tertinggal dari Negara Maju

Sejumlah faktor yang membebani antara lain sell-off di pasar China, krisis utang di Turki dan Argentina, hingga perang dagang berkepanjangan antara Washington dan Beijing.

Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun diawali dengan permulaan yang cukup kuat pada 2010, saham-saham negara berkembang berkinerja buruk sepanjang dekade ini dibandingkan dengan negara maju.

Sejumlah faktor yang membebani antara lain sell-off di pasar China, krisis utang di Turki dan Argentina, hingga perang dagang berkepanjangan antara Washington dan Beijing.

Dilansir melalui Reuters, indeks saham pasar berkembang MSCI naik hanya 15% sejak awal 2010, sedangkan indeks MSCI World memberikan return besar-besaran 104% dalam periode itu.

Thailand, Filipina, dan Taiwan memimpin pasar negara berkembang, dengan keuntungan masing-masing lebih dari 50% selama satu dekade terakhir, sedangkan Yunani, Turki dan Republik Ceko berada di urutan paling bawah dengan return negatif.

"Periode dari 2010 hingga Desember 2019 juga menunjukkan aliran portofolio asing yang bergejolak ke pasar negara berkembang karena investor luar negeri tidak tertarik untuk mengambil risiko selama ketidakpastian berlangsung," dikutip melalui Bloomberg, Kamis (26/12/2019).

Rasio laba per saham (Price Earning Ratio) indeks MSCI EM 12 bulan ke depan berada di 11,8 pada akhir November, dibandingkan dengan rata-rata 10 tahun 10,9.

Rasio P/E terendah adalah 8,5 pada Oktober 2011, dan yang tertinggi 13,09 pada Januari 2018.

China dan Polandia mencatatkan penurunan rasio P/E tertinggi dalam satu dekade terakhir, menjadikannya lebih murah. Sementara itu Thailand dilaporkan mengalami kenaikan terbesar.

Rusia dan Republik Ceko memimpin tabel liga dividen, sedangkan India memiliki hasil terendah.

Dividen yield Rusia naik menjadi 6,8% pada akhir November, dibandingkan dengan 1,6% pada awal 2010. Dividen yield Chili juga naik menjadi 3,6% dari 1,3% pada periode yang sama.

Menurut analisis Reuters terhadap 4.402 perusahaan, keuntungan di pasar negara berkembang melambat setelah membukukan pertumbuhan yang solid sebesar 40% pada 2010.

Hal tersebut disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor seperti penurunan harga komoditas, perlambatan permintaan untuk produk-produk teknologi dan perang dagang AS-China.

"Analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan EM tertinggal dari perusahaan pasar maju selama sebagian besar dekade ini," tulis Reuters.

Perusahaan China, Meksiko dan Thailand memiliki pertumbuhan laba median tertinggi 10% atau lebih selama 10 tahun terakhir, sedangkan Hongaria, Mesir dan Turki memiliki pertumbuhan median negatif.

Perusahaan-perusahaan di pasar berkembang juga mengurangi tingkat utang mereka dan memperlambat rencana ekspansi akibat penurunan permintaan untuk ekspor mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper