Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan Pertama Juni, IHSG dan Rupiah Kompak Perkasa

Dalam sepekan terakhir dan membuat IHSG menguat 4,91 persen. Adapun, sepanjang pekan ini rupiah telah berhasil menguat 5,27 persen.
Pengunjung memotret layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/7/2020). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung memotret layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/7/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar modal dalam negeri dan nilai tukar rupiah berhasil menunjukkan keperkasaannya sepanjang pekan ini, dengan menutup perdagangan akhir ini di zona hijau. Penguatan itupun diyakini masih akan berlanjut pada pekan depan.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup menguat 0,63 persen atau naik 31,078 poin ke level 4.947,782. IHSG berhasil melanjutkan reli penguatannya setelah sempat terhenti pada perdagangan Kamis (4/6/2020), yang melemah 0,49 persen atau 24,302 poin ke level 4.916,704.

Dari keseluruhan konstituen IHSG, sebanyak 258 saham menguat, 139 saham melemah, dan 169 saham tidak berubah posisinya dari perdagangan sebelumnya.

Penguatan terbaik dipimpin oleh saham PT Jasnita Telekomindo Tbk. (JAST) yang naik 34,31 persen dan diikuti oleh saham PT Garuda Indonesia (persero) Tbk. (GIAA) yang menguat 15 persen.

Adapun, sebelumnya IHSG sempat reli dengan bergerak menguat selama 6 hari perdagangan berturut-turut. IHSG juga sempat menembus level resistance 5.014,764 pada pekan ini, level tertinggi sejak perdagangan akhir Maret 2020.

Kendati demikian, secara keseluruhan sepanjang pekan ini IHSG masih mencatatkan kinerja yang baik seiring dengan dana asing yang tengah mengalir deras ke pasar modal dalam negeri.

Tercatat, nilai net buy senilai Rp3,39 triliun dalam sepekan terakhir dan membuat IHSG menguat 4,91 persen. Sementara itu, sepanjang tahun berjalan 2020 IHSG masih berada di zona merah dengan terkoreksi 21,46 persen.

Sementara itu, untuk nilai tukar rupiah juga telah berhasil menutup pekan pertama Juni 2020 cukup impresif dengan berhasil menembus ke bawah level Rp14.000 per dolar AS untuk pertama kalinya sejak Februari 2020.

Rupiah berhasil membalikkan keadaan dari bergerak di level terendahnya sejak Juni 1998 di kisaran Rp16.000 per dolar AS pada Maret 2020, kini rupiah bergerak di kisaran level Rp13.000 per dolar AS.

Pada penutupan Jumat (5/6/2020), rupiah terapresiasi 1,56 persen atau 218 poin ke level Rp13.878 per dolar AS. Penguatan itu terjadi di saat indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak 0,16 persen ke level 96,836.

Adapun, sepanjang pekan ini rupiah telah berhasil menguat 5,27 persen. Kinerja rupiah hari ini dan sepanjang pekan ini pun berhasil jauh memimpin penguatan di antara mata uang Asia lainnya. Kinerja rupiah berhasil mengalahkan won yang hanya menguat 2,4 persen dan ringgit yang hanya naik 1,9 persen sepekan ini.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa  secara global, aset berisiko memang tengah menguat dalam beberapa hari terakhir. Pasar masih merespon positif pembukaan ekonomi ditambah rencana stimulus besar tambahan di beberapa negara seperti di AS, Eropa dan Jepang.

Untuk diketahui, AS masih dalam diskusi untuk menggelontorkan stimulus fiskal baru. Selain itu, Bank Sentral Eropa akan menyediakan dana lebih dari 1 miliar euro untuk program pembelian obligasi dan Bank sentral Jepang berencana melipatgandakan bantuan ke sektor UKM.

“Pelaku pasar memanfaatkan momentum ini untuk segera masuk ke aset berisiko untuk mengambil peluang profit lebih Besar,” ujar Ariston kepada Bisnis, Jumat (5/6/2020).

Rencana pelaksanaan kebijakan normal baru juga menjadi faktor positif untuk penguatan rupiah karena ekonomi akan aktif kembali.Dia menjelaskan, selama belum ada sentimen negatif yang mungkin datang dari melemahnya data-data ekonomi dan perang dagang, rupiah masih berpeluang menguat ke area support Rp13.500 per dolar AS.

Sementara itu, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan bahwa sentimen penguatan dikarenakan dana asing yang sudah mulai masuk lagi di pasar, dengan net inflow sebesar Rp3,17 Triliun.

Hal itu menjadi katalis positif karena kondisi pasar saat ini sudah undervalued. Selain itu, rupiah pun ikut terimbas dari katalis positif tersebut hingga kembali diperdagangkan di level Rp13.000 per dolar AS.

“Meskipun pembukaan ekonomi kembali belum sepenuhnya terlaksana, tetapi banyak korporasi atau emiten yang sudah diperdagangkan pada valuasi yang murah sehingga saat ini menjadi kesempatan bagi fund dan investor untuk membeli saham dengan fundamental bagus yang sedang terdiskon,” ujar Frankie kepada Bisnis, Jumat (5/6/2020). 

Untuk pekan depan, kata dia, penguatan diperkirakan masih akan berlanjut. Namun, tentunya investor masih perlu berhati-hati karena ketidakpastian global masih menghantui pasar. 

Secara teknikal, Analis Henan Putihrai Liza Camelia mengatakan bahwa IHSG menghadapi uji resistance penting di level tertinggi sebelumnya 4.975 dan melanjutkan ke Upper Parallel Channel tepat pada level tertingginya Kamis (4/5/2020) di 5.015.

“Jika berhasil breakout, IHSG berpeluang tutup gap di 5130. Setelah kenaikan berturut-turut selama 8 hari tanpa jeda, sepertinya wajar jika IHSG memilih pullback menuju Dynamic Support MA10 [moving average] di 4750,” papar Liza. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper