Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melonjak Jelang Pertemuan OPEC

Posisi harga minyaks saat ini merupakan yang tertinggi sejak pertemuan OPEC dan sekutunya pada 6 Maret 2020 yang membahas pemangkasan produksi. Secara keseluruhan OPEC dan sekutunya telah memangkas produksi 9,7 juta barel per hari.
Tanker pengangkut minyak./Bloomberg
Tanker pengangkut minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga miyak mentah (crude oil) melonjak dalam enam minggu terakhir, menjelang pertemuan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) pekan depan.

OPEC bersama produsen lain yang tidak tergabung dalam organisasi bakal membahas perpannjangan perjanjian pembatasan produksi untuk satu bulan ke depan.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 5,72 persen ke posisi US$39,55 per barel di New Yokr Mercantile Exchange. Harga minyak jenis Brent di Bursa ICE juga naik 5,78 persen ke posisi US$42,30 per barel.

Posisi harga minyaks saat ini merupakan yang tertinggi sejak pertemuan OPEC dan sekutunya pada 6 Maret 2020. Saat ini, kartel minyak mulai membahas pengurangan produksi untuk menyelamatkan harga minyak dari kehancuran.

Apa yang akan terjadi pada pekan ini akan menentukan arah pasar yang dalam sebulan terakhir menemukan momentum pemulihan yang spektakuer. Disebut pemulihan karena pada akhir April harga minyak sempat tenggelam di bawah nol alias minus.

Sejauh ini, OPEC dan sekutunya telah mencapai kesepakatan tentatif untuk memperpanjang pembatasan. Semua anggota telah sepakat untuk memenuhi kuota produksi. Sementara yang belum memenuhi kuota produksi disebut akan memberikan kompensasi dalam beberapa bulan, ujar seorang delegasi.

Harga minyak kini akan menguji level US$41, level sebelum pertemuan OPEC pada Maret lalu. Director of Futures Division Mizuho Securities USA RObert Yawger menyebut pelaku pasar sulit menemukan momentum bullish seperti yang terjadi saat ini.

"Kami menempatkan basis yang bagus untuk naik le level berikutnya," katanya seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (6/6/2020).

Di sisi lain, harga minya juga terkerek oleh sentimen data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang melampaui ekspektasi. Data menunjukkan nonfarm payrolls meningkat 2,5 juta, berbanding terbalik dengan proyeksi analis yang memperkirakan penurunan.
Data tersebut menjadi indikator pemulihan ekonomi akan berlangsung lebih ecpat dari perkiraan.

Namun, kebangkitan harga minya tampak masih rapuh. Walau bagaimanapun, harga minyak masih lebih rendah 35 persen dibandingkan dengan posisi di awal tahun.

Pergerakan harga akan bergantung pada kombinasi antara permintaan yang pulih dan penurunan produksi berkelanjutan ; dihadapkan pada saat harga lebih tnggi, sejumlah produsen bisa saja meningkatkan produksi.

Sementara itu, konsumsi minyak di China, konsumen minyak terbesar kedua di duia mulai pulh dengan cepat. Adapun permintaan solar di AS turun ke level terendah daam 21 tahun terakhir. Di Eropa, keuntungan para juragan minyak turun drastis.

Untuk diketahui, perjanjian bersejarah OPEC dan sekutunya mencakup pemangkasan produksi 9,7 juta barel per hari. Rusia, yang biasanya suka menghambat sudah setuju juga untuk membatasi produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper