Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siasat Emiten Menambal Utang Jatuh Tempo Rp12 Triliun

Emiten menyiapkan rencana menambal utang dengan menerbitkan obligasi baru di tengah tren penurunan biaya dana (cost of fund). Sedikitnya ada Rp12 triliun obligasi yang akan jatuh tempo hingga Desember 2020 mendatang.
Sejumlah mobil memasuki gerbang tol Pondok Ranji di Tangerang Selatan, Banten, Minggu (15/3/2020). Jasa Marga berencana menerbitkan obligasi pada semester II/2020 dan ini  tengah memproses registrasi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Sejumlah mobil memasuki gerbang tol Pondok Ranji di Tangerang Selatan, Banten, Minggu (15/3/2020). Jasa Marga berencana menerbitkan obligasi pada semester II/2020 dan ini tengah memproses registrasi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten berencana menerbitkan obligasi di semester kedua tahun ini. Emite akan memanfaatkan momentum penurunan biaya dana atau cost of fund dan iklim pasar modal yang mulai kondusif di tengah pandemi Covid-19.

Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), hingga 30 Juni 2020, ada mandat penerbitan obligasi dari 59 perusahaan dengan nilai emisi mencapai Rp74,16 triliun. Mandat berasal dari korporasi di berbagai sektor dengan tujuan ekspansi hingga pembiayaan kembali atau refinancing. 

Sementara itu, Berdasarkan Data yang dihimpun dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan,  terdapat belasan perusahaan sektor riil yang menghadapi jatuh tempo utang obligasi senilai Rp12,11 triliun hingga Desember 2020.

Corporate Finance Group Head PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) Eka Setya Adrianto mengatakan tengah memproses registrasi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk penerbitan obligasi lokal. Pihaknya mengharapkan tahapan itu rampung dalam waktu dekat.

Eka menjelaskan bahwa obligasi lokal yang diterbitkan di level induk usaha terakhir pada 2014. Saat ini, outstanding obligasi lokal perseroan hanya Rp1 triliun dan akan jatuh tempo pada Oktober 2020.

“Oleh karena itu, perlu menerbitkan obligasi sebagai diversifikasi pendanaan,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (8/7/2020).

Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) Helmy Yusman Santoso juga tengah mempersiapkan penerbitan obligasi. Emisi itu menurutnya akan dikhususkan untuk keperluan refinancing surat utang yang jatuh tempo paruh kedua 2020.

Helmy menilai obligasi merupakan alternatif pendanaan yang efisien. Pihaknya mengharapkan pasar sudah mulai pulih pada semester II/2020. Cost of fund dari obligasi rupiah juga cukup bagus baik dari sisi emiten maupun investor,” paparnya.

obligasi jatuh tempo
obligasi jatuh tempo

Direktur Keuangan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) Ade Wahyu mengungkapkan rencana menerbitkan obligasi penawaran umum berkelanjutan (PUB) pada semester II/2020. Kontraktor pelat merah itu kini tengah memproses perizinan untuk rencana emisi.

“Perseroan direncanakan akan menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah yang penerbitannya sendiri untuk tahap 1 direncanakan pada kuartal IV/2020,” tuturnya.

Ade mengatakan dana dari penerbitan obligasi akan digunakan digunakan untuk refinancing obligasi komodo. Selain itu, hasil emisi dialokasikan untuk kebutuhan operasional dan investasi perseroan.

Biaya Dana Turun

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memperkirakan biaya dana (cost of fund) akan turun di semester II/2020 seiring dengan tingkat imbal hasil surat berharga negara yang juga lungsur. Yield SBN kerap dijadikan acuan kupon obligasi korporasi.

Handy menambahkan, penurunan tersebut bisa berlanjut seiring dengan sentimen global yang membaik seiring dengan banjir stimulus dari bank sentral dan pemerintah. Stimulus itu termasuk penurunan suku bunga acuan skema burden sharing pemulihan ekonomi nasional yang baru saja disepakati antara Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan

Kendati mendapat angin segar dari sisi biaya dana, Handy menilai penyerapan pasar terhadap obligasi korporasi akan lebih selektif dan sulit kembali seperti di awal tahun. Penurunan rating yang banyak menerpa emiten belakangan ini akan membuat investor lebih selektif untuk menyerap obligasi.

“Di saat kondisi ketidakpastian penanganan Covid-19 seperti saat ini, demand kemungkinan akan lebih defensif, misalnya [memilih] tenor agak pendek dan rating yang bagus,” ujar Handy, Rabu (8/7/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper