Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Emiten Anjlok, PSBB Dituding Jadi Biang Kerok

Pelaksanaan PSBB sebagai buntut merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia melemahkan hampir seluruh sektor sehingga kinerja keuangan di semester I anjlok.
Pengunjung berbelanja di Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (15/6/2020). Pasar Tanah Abang blok A, B, F dan G kembali dibuka di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi dengan menerapkan protokol kesehatan dan pemberlakuan sistem ganjil-genap toko./Antarann
Pengunjung berbelanja di Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (15/6/2020). Pasar Tanah Abang blok A, B, F dan G kembali dibuka di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi dengan menerapkan protokol kesehatan dan pemberlakuan sistem ganjil-genap toko./Antarann

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di paruh pertama 2020 disebut menjadi biang kerok jebloknya kinerja keuangan emiten pada periode tersebut. 

Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee mengatakan pelaksanaan PSBB sebagai buntut merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia melemahkan hampir seluruh sektor sehingga kinerja keuangan di semester I anjlok.

 “Sebenarnya di kuartal I belum terlalu [anjlok] tapi begitu kuartal II langsung semua terdampak karena itu puncak PSBB,” katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (2/8/2020).

 Apalagi, tambahnya, puncak PSBB bertepatan dengan momentum puasa dan Idul Fitri yang biasanya menjadi momentum emas mayoritas emiten untuk mendulang pendapatan, termasuk momen ritual mudik.

“Ritel-ritel itu kan mal ditutup, pasti mereka kena dampaknya jadi kinerjanya jelek. Penjualan mobil juga. Transportasi apalagi, pariwisata juga,” imbuhnya.

Untuk dua sektor terakhir yakni transportasi dan pariwisata, selain menjadi salah satu yang paling parah terdampak, keduanya juga dinilai bakal menjadi sektor yang paling lama pulih dari dampak Covid-19.

Hans mengatakan meski pembukaan aktivitas ekonomi telah dilakukan, saat ini arus wisatawan masih jauh dari kata pulih, khususnya wisatawan mancanegara karena masih adanya pembatasan berpergian.

 “Jadi mau tidak mau hanya mengandalkan wisatawan domestik, tapi itupun terhambat oleh pilihan transportasi karena saat ini orang menilai naik pesawat itu prosedurnya berbelit sehingga mereka malas selain memang masih waspada akan pandemi,” jelasnya.

Dia menilai di era pemulihan ini, transportasi darat akan pulih jauh lebih cepat dibandingkan jenis transportasi lain. Ini kemudian akan berdampak pada peningkatan pendapatan sektor infrastuktur seperti jalan tol sehingga sektor ini akan jadi salah satu yang cepat pulih.

Sektor lainnya yang akan terus menanjak di paruh kedua tahun ini adalah sektor-sektor yang selama PSBB tak terlalu terdampak, seperti sektor barang konsumsi dan sektor telekomunikasi karena permintaan akan sektor ini dinilai konstan.

Kemudian, kata Hans, sektor seperti ritel dan aneka industri termasuk penjualan mobil kemungkinan akan ikut pulih meski masih terbatas. Begitu pula dengan sektor karya karena pembangunan akan mulai berlanjut.

“CPO [perkebunan] juga kayaknya akan naik, tapi lebih karena ada program B30 itu, jadi permintaan akan naik tinggi,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper