Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minim Sentimen, Rupiah Menguat Super Tipis 0,03 Persen

Sepanjang hari perdagangan, rupiah bergerak pada rentang Rp14.872 - Rp14.918 per dolar AS
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis pada akhir perdagangan Selasa (29/9/2020). Rupiah berfluktuasi sepanjang perdagangan hari ini sebelum ditutup menguat.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang garuda terapresiasi 0,03 persen menjadi Rp14.895 per dolar AS pada akhir perdagangan Selasa (29/9/2020). Sejak awal tahun, pelemahan rupiah mencapai 7,42 persen.

Rupiah dibuka di zona hijau pada level Rp14.875 per dolar AS. Sepanjang hari perdagangan, rupiah bergerak pada rentang Rp14.872 - Rp14.918 per dolar AS.Pada saat bersamaan, indeks dolar turun 0,09 persen menjadi 94.196 pukul 15.36 WIB.

Penguatan rupiah berbarengan dengan kenaikan nilai tukar mata uang Asia lainnya, seperti Ringgit Malaysia yang naik 0,34 persen, won Korea Selatan menguat 0,33 persen, dan dollar Singapura tumbuh 0,14 persen.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim melihat pelaku pasar masih wait and see terhadap rupiah karena memasuki kuartal III/2020 terlihat aktivitas perdagangan kian sepi di ibukota negara Indonesia.

“Indonesia sedang dilanda pandemi virus Covid-19, DKI Jakarta diterapkan PSBB tahap kedua, dan sudah pasti [Indonesia] masuk jurang resesi,” kata Ibrahim, Selasa (29/9/2020).

Adapun, resesi ekonomi akan berdampak terhadap konsumsi masyarakat yang diperkirakan kembali melandai atau bahkan stagnan pada sisa tahun ini. Apalagi Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah berupa bantuan sosial dan lainnya hanya tersisa untuk tiga bulan ke depan.

Di sisi lain, dolar AS terus menguat selama beberapa pekan terakhir walau masih fluktuatif. Risiko mata uang negara berkembang dinilai akan meningkat menjelang pemilihan presiden di Amerika Serikat pada 3 November 2020 mendatang.

Para manajer investasi global pun mulai berbalik arah memburu dolar AS yang masih melemah sejak awal tahun. Hal itu dilakukan untuk menangkap peluang penguatan greenback jelang Pemilu di Negeri Paman Sam pada November 2020.

Imbasnya, mata uang di negara berkembang atau emerging market menjadi tertekan termasuk rupiah.

Head of Currencies BNP Paribas Asset Management Momtchil Pojarliev mengatakan bahwa pihaknya mengurangi kepemilikan mata uang emerging market sedikit demi sedikit karena volatilitas aset berisiko cenderung meningkat jelang Pemilu AS.

Adapun, salah satu mata uang yang dijual oleh BNP Paribas Asset Management baru-baru ini termasuk rand Afrika Selatan. Dari penjualan rand, Pojarliev dan tim mendapatkan capital gain sebesar 3 persen - 4 persen dan memutuskan akan membeli rand lagi setelah volatilitas terlewati.

“Menjelang Pemilu, saya perkirakan ada volatilitas tinggi. Dolar AS sudah oversold hingga akhir Agustus 2020 dengan konsensus waktu itu mengatakan jual,” ujar Pojarliev, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (29/9/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper