Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Kembali Perkasa, Emas dan Perak Melempem

Sejak awal bulan ini indeks dolar terus menanjak dengan penguatan 2,22 persen, memicu pelarian aset dari logam mulia ke mata uang.
Seorang pria menghitung lembaran uang euro dan dolar AS./Bloomberg-Kerem Uzel
Seorang pria menghitung lembaran uang euro dan dolar AS./Bloomberg-Kerem Uzel

Bisnis.com, JAKARTA - Pemulihan mata uang dolar AS baru-baru ini menekan performa aset safe haven dari golongan komoditas seperti emas dan perak.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas turun 4,6 persen dan perak anjlok 15 persen pekan ini. Penurunan tersebut merupakan yang terdalam sejak Maret 2020. 

Harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi US$1.861 per ons troi pada pukul 17.00 di New York. Harga emas terdepresiasi 1,1 persen.

Sebelumnya, logam mulia menjadi incaran investor di masa awal pandemi karena kekhawatiran penyebaran virus Covid-19 berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.

Saat aset safe haven logam mulia menyentuh rekor tertingginya, aset safe haven mata uang seperti dolar AS terpantau merunduk. Bahkan, sejak awal tahun ini indeks dolar AS masih melemah 2,24 persen menjadi 94.233 pada Selasa (29/9/2020) pukul 12.36 WIB.

Namun sejak awal bulan ini indeks dolar terus menanjak dengan penguatan 2,22 persen.

“Emas dan perak tertekan akibat apresiasi indeks dolar AS yang siap menuju penguatan tertinggi secara mingguan dalam hampir enam bulan terakhir,” kata Analis ED&F Man Capital Markets Edward Meir di New York, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (29/9/2020).

Adapun, penguatan greenback didorong oleh ekspektasi pemulihan ekonomi di masa depan. Investor tampaknya kembali memburu aset safe haven dari kelompok mata uang dan meninggalkan logam mulia.

Seperti diketahui, investor mengumpulkan emas untuk menyeimbangkan risiko inflasi ketika pertumbuhan ekonomi tertekan. Namun demikian, krisis kesehatan ini diperkirakan tidak akan diikuti oleh kenaikan harga karena daya beli masyarakat ikut turun.

Bank Sentral AS (Federal Reserve) bahkan tak dapat menjanjikan stimulus dapat mendorong laju inflasi dalam perekonomian.

“Emas jatuh cukup tajam dibandingkan penurunan nilai mata uang,” ujar Analis Commerzbank AG Casten Fritsch, sambil menambahkan bahwa inflasi tidak akan terkerek walaupun virus corona kian menyebar.

Di sisi lain, Strategist RBC Capital Markets Christopher Louney mengatakan pelemahan emas saat ini bisa jadi hanya sementara karena ketidakpastian Pemilu AS akan segera menghampiri pasar.

“Siklus Pemilu AS dan potensi transisi kepemimpinan serta kenaikan tensi geopolitik tetap menambah ketidakpastian ekonomi. Hal ini membuat ruang untuk penguatan emas kembali [dalam dua kuartal ke depan],” ujar Louney.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper