Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Per September, Mark Dynamics (MARK) Raih Laba Rp89,98 Miliar

Dengan kinerja perseroan yang positif pada kuartal III ini, MARK yakin bahwa penjualan dan laba tahun ini akan jauh melampaui target awal perseroan.
Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk, Ridwan Goh. Istimewa
Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk, Ridwan Goh. Istimewa

Bisnis.com, MEDAN - Emiten cetakan sarung tangan PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) meraih laba bersih sebesar Rp89,98 miliar hingga kuartal III/2020, meningkat sebesar 37,37% dari Rp65,50 miliar pada tahun sebelumnya.  

Emiten yang terletak di Deli Serdang Sumut ini membukukan penjualan sebesar Rp344 miliar pada kuartal III tahun 2020. Nilai itu meningkat sebesar 29% jika dibandingkan dengan kuartal III tahun 2019 sebesar Rp 267,21 miliar.

Margin laba kotor berada di angka 41,17 % dengan nilai sebesar Rp 142,63 miliar dan margin laba bersih sebesar 25,98 %. Lonjakan laba yang dicapai MARK tidak lepas dari peningkatan permintaan produksi sarung tangan di era pandemi Covid-19.
 
“Pencapaian Laba ini didukung dengan strategi produksi dan efisiensi Perseroan sepanjang kuartal III tahun 2020 di tengah pandemi Covid-19. Selama pandemi Covid-19 ini, permintaan akan sarung tangan kesehatan berada pada tingkat permintaan yang belum pernah dialami sebelumnya,” papar Presiden Direktur MARK Ridwan Goh, Senin (26/10/2020).
 
Lonjakan permintaan sarung tangan saat pandemi membuat produsen cetakan sarung tangan MARK tidak menunda lama untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 700.000 unit per bulan, menjadi 800.000 unit per bulan.
 
MARK akan menambah kapasitas produksi pada 2021 menjadi sekitar 1,1 juta unit per bulan. Kapasitas produksi bahkan akan ditingkatkan hingga mencapai 1,8 juta unit per bulan pada awal 2022. Peningkatan produksi didukung oleh pabrik kedua yang baru dibangun di desa Dalu, Tanjung Morawa.
 
Saat ini MARK sudah mengantongi kontrak senilai US$52 juta untuk pengapalan pada 2021. Kontrak tersebut datang dari Malaysia, China, Thailand, Vietnam, Afrika Selatan dan Amerika Serikat. Beberapa kontrak tersebut bahkan sudah diterima dalam bentuk down payment.
 
MARK optimis kapasitas akan tumbuh dengan CAGR sebesar lebih dari 44% sampai tahun 2022 sesuai dengan proyeksi permintaan pasar. Sehubungan dengan pembangunan pabrik baru, MARK akan melakukan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp150 miliar.
 
Angka tersebut sudah mencakup biaya untuk mendirikan bangunan, pembelian mesin serta instalasi mesin. Untuk pabrik baru tersebut direncanakan mulai ground breaking pada kuartal IV/2020 ini, sedangkan untuk bangunan fisik diperkirakan akan selesai pada kuartal I/2021.
 
Dengan kinerja perseroan yang positif pada kuartal III ini, Ridwan Goh yakin bahwa penjualan dan laba MARK tahun ini akan jauh melampaui target awal perseroan.

Proyeksi secara year on year (yoy), penjualan meningkat sebesar 40% dibanding tahun lalu atau setara dengan kurang lebih Rp507,71 miliar dan kenaikan laba bersih sebesar 56% atau setara dengan Rp137,54 miliar. Penjualan MARK tercatat sebesar Rp 361,54 miliar di tahun 2019 dan laba bersih sebesar Rp 88 miliar.
 
Perseroan pun menargetkan penjualan sebesar Rp879,4 miliar pada tahun 2021, naik sebesar 72% dari proyeksi penjualan tahun 2020. Proyeksi laba sebesar Rp.227,7 miliar, naik sebesar 66% dari proyeksi laba tahun 2020.

Pada tahun 2022, MARK menargetkan penjualan sebesar Rp1,2 triliun yaitu kenaikan sebesar 46% dari proyeksi penjualan tahun 2021 dan laba sebesar Rp 362,7 miliar yaitu kenaikan sebesar 59% dari proyeksi laba tahun 2021
 
Sementara itu total aset perseroan meningkat sebesar 40,82% menjadi Rp621,38 miliar per 30 September 2020 dibandingkan dengan Rp441,25 miliar per 31 Desember 2019.

Aset Lancar mengalami peningkatan sebesar 47,57% dengan nilai sebesar Rp339,29 miliar per 30 September 2020 dibandingkan dengan Rp229,92 miliar per 31 Desember 2019.
 
Sementara itu, peningkatan juga terjadi pada posisi ekuitas MARK sebesar 24,81% dengan nilai Rp373,20 miliar per 30 September 2020 dibandingkan dengan Rp299,02 miliar per 31 Desember 2019.

Harga saham emiten berkode MARK di Bursa Efek Indonesia ini ikut melambung sebesar 82,52% secara year to date (ytd) ke posisi Rp.825 per 30 September 2020 dari Rp452 pada awal tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper