Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Susul Wall Street, Bursa Asia Dibuka Anjlok

Koreksi Bursa Asia tidak separah yang terjadi pada pasar AS pada hari yang sama.
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg
Bursa Saham Korea Selatan./ Seong Joon Cho - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia melanjutkan tren aksi jual pada Kamis (13/5/2021) seiring dengan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang memicu penurunan di Wall Street.

Dilansir dari Bloomberg, bursa di Jepang, Australia dan Korea Selatan terpantau mengalami penurunan. Meski demikian, koreksi ini tidak separah yang terjadi pada pasar AS pada hari yang sama.

Pada penutupan beberapa jam sebelumnya, Indeks S&P 500 merosot terparah sejak Februari 2021. Sementara itu, imbal hasil obligasi melonjak setelah sebuah laporan menunjukkan inflasi naik lebih tinggi dari perkiraan sehingga menambah kekhawatiran bahwa tekanan harga akan menahan pemulihan ekonomi.

Saham-saham teknologi memimpin penurunan pasar saham AS. Apple dan Microsoft keok 2,6 persen di Nasdaa 100. Cathie Wood’s ARK Innovation ETF melanjutkan penurunan sehingga telah mencetak kerugian 18 persen tahun ini.

Sektor energi menjadi satu-satunya dari 11 sektor industri yang mampu parkir di zona hijau. Yield US Treasury melonjak terbesar sejak Maret 2021.

Sebelumnya, rilis data harga konsumen di AS mencatatkan kenaikan terbesar sejak 2009 yang menimbulkan pertanyaan terkait kelangsungan inflasi dan respon bank sentral AS, The Federal Reserve, untuk memperketat kebijakan moneternya lebih awal.

Indeks harga konsumen terpantau naik 0,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, inflasi inti AS juga naik 0,9 persen dibandingkan catatan Maret lalu. Wakil Ketua The Fed, Richard Clarida mengatakan pihaknya terkejut dengan catatan ini, meski tetap meyakini hal ini hanya bersifat sementara.

Victoria Fernandez, chief market strategist Crossmark Global Investments mengatakan, kekhawatiran pasar terletak pada The Fed tidak dapat mengendalikan inflasi. Meski demikian, menurutnya kebanyakan pelaku pasar sebenarnya lebih mengkhawatirkan berapa lama The Fed akan bereaksi terhadap kenaikan inflasi ini.

“Saya tidak yakin kalau pelaku pasar merasa nyaman dengan kondisi saat ini,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, asset kripto Bitcoin memperpanjang tren negatifnya setelah Elon Musk menyebutkan perusahaannya, Tesla Inc., memberhentikan sementara program pembelian Bitcoin menyusul potensi dampak negatif asset ini terhadap lingkungan. Ia juga menambahkan Tesla tidak akan menjual Bitcoin yang telah dimiliki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper