Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak di Bawah Tekanan Setelah Data Persediaan AS Beragam

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus tidak berubah menetap di level US$72,22 per barel, setelah sempat menyentuh US$72,83, tertinggi sejak 20 Mei 2019.
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak relatif stabil pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data persediaan Amerika Serikat menunjukkan lonjakan persediaan bensin karena permintaan bahan bakar yang lemah setelah akhir pekan Memorial Day AS, yang biasanya merupakan awal dari puncak musim mengemudi musim panas.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus tidak berubah menetap di level US$72,22 per barel, setelah sempat menyentuh US$72,83, tertinggi sejak 20 Mei 2019.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup 9 sen atau 0,1 persen lebih rendah pada US$69,96 per barel, setelah sempat mencapai US$70,62, tertinggi sejak 17 Oktober 2018.

Meskipun terjadi penurunan 5,2 juta barel minyak mentah minggu lalu, stok bensin dan bahan bakar lainnya naik tajam karena permintaan yang lemah, menurut data Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (9/6), untuk minggu yang termasuk libur panjang akhir pekan Memorial Day. Produk yang dipasok turun menjadi 17,7 juta barel per hari, dibandingkan 19,1 juta pada minggu sebelumnya.

"Ini bisa menjadi peringatan dini bahaya pada aktivitas ekonomi puncak yang telah terjadi, tetapi masih terlalu dini untuk menyimpulkan itu," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

Namun, analis lain mencatat bahwa cuaca buruk di Pesisir Timur AS mungkin telah mengurangi konsumsi, menyusul periode penimbunan bensin yang secara artifisial meningkatkan permintaan selama pemadaman jaringan pipa bahan bakar utama AS Colonial Pipeline bulan lalu dari serangan ransomware.

Pada Selasa (8/6), EIA memperkirakan konsumsi bahan bakar AS akan tumbuh sebesar 1,48 juta barel per hari tahun ini, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,39 juta barel per hari.

Harga minyak yang menguat di awal sesi di tengah tanda-tanda permintaan bahan bakar yang kuat di negara-negara barat, sementara prospek kembalinya pasokan Iran memudar setelah Menteri Luar Negeri AS mengatakan sanksi terhadap Teheran tidak mungkin dicabut.

Investor berasumsi bahwa sanksi terhadap ekspor Iran akan dicabut dan pasokan minyak akan meningkat tahun ini karena pembicaraan Iran dengan kekuatan barat mengenai kesepakatan nuklir sedang berlangsung.

Namun, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Selasa (8/6) bahwa sekalipun Iran dan Amerika Serikat kembali mematuhi kesepakatan nuklir, ratusan sanksi AS terhadap Teheran akan tetap berlaku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ropesta Sitorus
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper