Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Taper Tantrum, Begini Prospek Inflow Asing ke SBN Indonesia

Risiko pasar SBN Indonesia saat ini terbilang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara seperti India atau Rusia yang mulai menjalankan kebijakan moneter yang hawkish.
Pialang berjalan di Gedung Bursa Efek Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Pialang berjalan di Gedung Bursa Efek Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Dampak sentimen taper tantrum pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia kemungkinan belum akan terasa pada tahun ini. Hal tersebut membuka peluang berlanjutnya aliran dana asing (capital inflow) ke surat utang pemerintah Indonesia sepanjang 2021.

Aliran dana investor asing pada SBN Indonesia kembali berlanjut pada Juni 2021. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan sejak awal bulan hingga 11 Juni terjadinya net buy asing hingga Rp24 triliun secara month to date (mtd).

Sementara itu, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pada periode waktu yang sama, investor asing mencatatkan net buy di pasar SBN sebesar Rp25,8 triliun secara month to date.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, salah satu sentimen positif yang mendukung minat investor adalah imbal hasil (yield) SUN dalam negeri yang tetap terjaga. Hal ini terjadi seiring beberapa rilis data domestik yang masih mendukung seperti inflasi yang rendah dan neraca dagang yang surplus.

Terjaganya inflasi di Indonesia membuat tingkat imbal hasil nyata (real yields) yang didapat investor dari obligasi pemerintah Indonesia masih cukup besar dibandingkan surat utang negara lainnya. Adapun, real yield didapatkan dari yield pada SUN dikurangi dengan inflasi.

“Inflasi Indonesia stabil di 1,6 persen, sementara asumsi yield SUN Indonesia seri 10 tahun pada kisaran 6,4 persen. Sehingga, SUN Indonesia masih memiliki real yield mendekati 500 basis poin,” jelasnya saat dihubungi Bisnis pada Selasa (15/6/2021).

Di sisi lain, kembali masuknya dana asing ke pasar SBN Indonesia juga mengindikasikan risiko pasar yang lebih terjaga dibandingkan dengan pasar negara berkembang lainnya.

Fikri mengatakan, risiko pasar SBN Indonesia saat ini terbilang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara seperti India atau Rusia yang mulai menjalankan kebijakan moneter yang hawkish.

Di sisi lain, Fikri juga tidak memungkiri risiko taper tantrum masih membayangi prospek pasar SBN Indonesia. Kebijakan tapering yang nantinya akan dilakukan bank sentral AS, The Fed, dapat berimbas pada berpindahnya dana para investor ke pasar obligasi AS.

Ia menerangkan, potensi taper tantrum akan semakin besar apabila pemulihan ekonomi di AS berjalan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Hal ini akan berimbas pada munculnya inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) yang berimbas pada kenaikan harga-harga.

“Apabila hal ini terjadi, maka ruang gerak Bank Indonesia (BI) maupun The Fed untuk tetap memberlakukan kebijakan moneter yang akomodatif akan semakin sempit,” jelasnya.

Kendati demikian, Fikri menilai sentimen taper tantrum tidak akan begitu dirasakan pada tahun ini. Apabila mengacu dari data ketenagakerjaan AS, Fikri menilai jumlah tenaga kerja di Negeri Paman Sam tersebut belum kembali ke level seperti sebelum terjadinya pandemi virus corona.

Hal tersebut akan mendorong The Fed untuk melanjutkan program pembelian obligasinya selama beberapa waktu ke depan. Imbasnya, selera investor asing terhadap aset berisiko akan tetap tinggi dan potensi aliran dana ke pasar SBN Indonesia semakin terbuka.

“Sepertinya sentimen taper tantrum pada tahun ini belum akan terlalu terlihat. Investor asing bisa lebih risk on sehingga inflow ke SBN domestik akan terus terlihat sepanjang tahun ini,” jelas Fikri.

Selain itu, jumlah penerbitan SBN Indonesia yang cukup besar pada tahun ini juga membuka pintu yang lebar bagi para investor asing yang tertarik untuk membelinya. Dengan demikian, tingkat kepemilikan asing terhadap SBN domestik juga akan turut meningkat. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper