Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak 'Anteng' di Atas US$70 per Barel Setelah Inggris Batal Akhiri Lockdown

Stabilnya harga minyak dipicu oleh pertumbuhan produksi minyak mentah AS dan penundaan pembukaan kembali lockdown di Inggris. Dua faktor ini mengurangi ekspektasi untuk pertumbuhan permintaan bahan bakar dan pasokan yang lebih ketat.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan Harga minyak relatif stabil pada akhir perdagangan Selasa pagi (15/6/2021), setelah mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun;

Stabilnya harga minyak dipicu oleh pertumbuhan produksi minyak mentah AS dan penundaan pembukaan kembali lockdown di Inggris. Dua faktor ini mengurangi ekspektasi untuk pertumbuhan permintaan bahan bakar dan pasokan yang lebih ketat.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terangkat 17 sen menjadi ditutup di US$72,86 per barel. Di awal sesi, harga Brent mencapai US$73,64 per barel, tertinggi sejak April 2019.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli menyusut tiga sen menjadi menetap di US$70,88 per barel, setelah sebelumnya menyentuh US$71,78 per barel, tertinggi sejak Oktober 2018.

Pasar bereaksi negatif terhadap perkiraan Badan Informasi Energi AS (EIA) bahwa produksi minyak serpih, yang menyumbang lebih dari dua pertiga produksi AS, diperkirakan akan naik sekitar 38.000 barel per hari (bph) pada Juli menjadi sekitar 7,8 juta barel per hari.

"Kami memulai dengan kuat di tengah ekspektasi bahwa situasi permintaan sedang membangun momentum karena tingginya vaksinasi Covid," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago. “Kemudian laporan EIA menyebabkan hilangnya kepercayaan.”

Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada Jumat (11/6/2021) bahwa pihaknya memperkirakan permintaan global akan kembali ke tingkat pra-pandemi pada akhir tahun 2022, lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

IEA mendesak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan.

OPEC+ telah menahan produksi untuk mendukung harga minyak setelah pandemi menghapus permintaan pada 2020, mempertahankan kepatuhan yang kuat dengan target yang disepakati pada Mei.

Lalu lintas kendaraan bermotor kembali ke tingkat pra-pandemi di Amerika Utara dan sebagian besar Eropa, dan lebih banyak pesawat mengudara saat penguncian anti-Virus Corona dan pembatasan lainnya dilonggarkan.

Namun, Inggris pada Senin (14/6/2021) malam menunda rencana untuk mencabut sebagian besar pembatasan Covid-19 yang tersisa selama sebulan, karena penyebaran cepat varian Delta yang lebih menular.

Musim pemeliharaan berat di Kanada dan Laut Utara juga telah membantu harga, kata analis Rystad Energy Louise Dickson. Perusahaan memperkirakan sekitar 330.000 barel per hari pasokan minyak dan kondensat sedang offline di proyek-proyek ladang minyak Kanada, bersama dengan 370.000 barel per hari lainnya offline di Laut Utara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper