Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ARB Berjilid-jilid hingga Masuk Top Losers Sepekan, Intip Prospek GOTO Menurut Analis

PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mengalami 5 kali ARB beruntun. Dengan penurunan masing-masing; 6,49 persen, 6,36 persen, 6,79 persen, dan 6,62 persen.
Seremoni pencatatan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4/2022). GoTo meraih dana Rp15,8 triliun dari IPO dan penjualan saham treasury./Istimewa
Seremoni pencatatan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/4/2022). GoTo meraih dana Rp15,8 triliun dari IPO dan penjualan saham treasury./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) kembali masuk dalam jajaran top losers pada perdagangan sepekan 28 November sampai dengan 02 Desember 2022. GOTO terjerembap sebesar 28,65 persen dari level Rp185 ke Rp132.

Jika dirinci, sejak awal pekan, Senin (28/11 /2022) GOTO telah mengalami 5 kali ARB beruntun. Dengan penurunan masing-masing ; 6,49 persen, 6,36 persen, 6,79 persen, dan 6,62 persen, dan 6,38 persen.

Koreksi saham GOTO menjadi salah satu pemberat sektor teknologi. Pada perdagangan sepekan, indeks sektor teknologi melemah 10,71 persen, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan juga terkoreksi 0,48 persen ke level 7.019,63 dari 7.053,15 pekan sebelumnya.

Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengatakan selling pressure yang terjadi sejak awal pekan dipicu oleh berakhirnya periode lock up pemegang saham lama GOTO. Jimmy mengatakan investor lebih baik mengambil langkah wait and see sebelum mengambil tindakan.

“Serta mencari peluang entry di saat selling pressure sudah terlihat mulai mereda,” ujar Jimmy kepada Bisnis pada Jumat (2/12/2022).
Pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui sejak lock up GOTO diangkat, terdapat tekanan jual yang membuat GOTO menyentuh ARB. Adapun periode lock up GOTO telah berakhir tanggal 30 November 2022.

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan GOTO menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 0,34 persen per hari. Terlebih lagi bobot saham GOTO terhadap indeks komposit mencapai 4,89 persen pada November 2022.

“Jika disimulasikan, per tanggal 28 november bobot GOTO pada IHSG adalah 4,89 persen. Apabila GOTO turun 7 persen dalam 1 hari perdagangan, maka efek terhadap penurunan IHSG dalam 1 hari perdagagan Bursa sebesar 4,89 persen x -7 persen = -0,34 persen,” kata Nyoman Jumat (2/12/2022).

Hingga akhir perdagangan, Jumat (02/11/2022) kapitalisasi pasar GOTO juga anjlok menjadi hanya Rp156,34 triliun. Adapun, volume perdagangan sahamnya tercatat mulai menciut dengan perdagangan 194,97 juta lembar saham, jauh lebih rendah dibandingkan dengan perdagangan pekan kemarin.

Terlepas dari pelemahan ini, sebelas dari 20 analis dalam konsensus Bloomberg yang mengkover GOTO menyematkan pandangan buy, empat analis memberikan rekomendasi hold, dan sisanya lima analis menyematkan rekomendasi sell.

Target harga rata-rata yang untuk saham GOTO dalam 12 bulan ke depan dipatok Rp292,88 per saham, 121,8 persen lebih tinggi daripada harga terakhir pada penutupan akhir pekan.

Bagaimanapun, target harga rata-rata dalam 12 bulan ke depan itu tetap lebih rendah dari harga saham GOTO saat IPO.

Research Analyst Deutsche Bank AG Reena Verma Bhasin dalam risetnya turut merekomendasikan buy saham GOTO, tetapi dengan target harga 12 bulan yang lebih rendah dari rata-rata yakni Rp250 per saham.

Bhasin menyebutkan kinerja GOTO di kuartal III/2022 lebih baik dari ekspektasi, didorong oleh bisnis on-demand akibat take-rate yang lebih kuat dan promosi yang lebih rendah. GOTO juga memutuskan untuk menetapkan acuan belanja operasional baru di tengah biaya beban pekerja dan overhead yang lebih rendah.

Namun, pertumbuhan e-commerce cenderung lemah dan pemulihan diperkirakan tak terjadi dalam waktu dekat. Mengacu pada Hal tersebut, Deutsche Bank memperkirakan rugi GOTO akan lebih kecil ke depannya.

“Target harga kami tidak berubah di Rp250 per saham. Kami tetap merekomendasikan beli di tengah ekspektasi kinerja bottom line yang lebih baik dan berkurangnya kekhawatiran pembiayaan eksternal,” tulis Bhasin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper