Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah Rp14.913, Dolar AS Balik Melawan

Rupiah dibuka melemah bersama sejumlah mata uang Asia Pasifik lainnya. Yen Jepang melemah 0,01 persen, dan dolar Hong Kong melemah 0,01 persen.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah terpantau melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (3/2/2023). Sementara itu indeks dolar AS terpantau menguat.

Berdasarkan data Bloomberg, pada 09.01 WIB rupiah dibuka melemah 0,17 persen ke posisi Rp14.913 per dolar AS setelah pada penutupan perdagangan kemarin ditutup menguat. Indeks dolar AS terpantau menguat 0,15 persen ke posisi 101,722.

Rupiah dibuka melemah bersama sejumlah mata uang Asia Pasifik lainnya. Yen Jepang melemah 0,01 persen, dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, dolar Singapura melemah 0,11 persen, won Korea melemah 0, 52 persen, rupee India melemah 0,31 persen, ringgit Malaysia 0,73 persen dan bath Thailand melemah 0,12 persen.

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah dibuka fluktuatif, tetapi ditutup menguat pada rentang Rp14.860 - Rp14.920 pada perdagangan hari ini.

“The Fed menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan, dan mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk terus menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi yang tinggi. Ketua Fed Jerome Powell juga menyatakan ketidakpastian mengenai di mana suku bunga akan mencapai puncaknya,” ujar Ibrahim dalam riset, dikutip Jumat (3/2/2023).

Langkah the Fed yang terus menaikkan suku bunga disebut meningkatkan ekspektasi terhadap perlambatan ekonomi AS tahun ini. Hal ini dapat mendorong the Fed untuk memangkas suku bunga pada paruh kedua 2023.

Pelaku pasar tengah menunggu laporan nonfarm payrolls pada Januari 2023. Hal ini lantaran pelaku pasar mencari lebih banyak tanda pendinginan pada pasar pekerjaan.

“Mata uang Asia mendapat keuntungan dari pivot oleh Fed, mengingat hal itu akan memperlebar kesenjangan antara imbal hasil utang berisiko dan berisiko rendah,” jelasnya.

Dari dalam negeri, pelaku pasar merespon positif data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menurun pada Januari 2023. Adapun data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi IHK turun 0,34 persen pada Januari 2023 dari bulan sebelumnya, yakni 0,66 persen.

Inflasi IHK tercatat mencapai 5,28 persen secara year-on-year (YoY) atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yakni 5,51 persen. Sementara inflasi inti tercatat terkendali dengan peningkatan dari 0,22 persen menjadi 0,33 persen secara month-to-month (MtM) pada Januari 2023.

Peningkatan inflasi sejalan dengan pola musiman awal tahun terutama pada inflasi komoditas sewa rumah dan kontrak. Secara tahunan inflasi inti mencapai 3,27 persen secara yoy pada Januari 2023. Angka ini lebih rendah dari 3,36 persen secara yoy pada Desember 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper