Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Link Net (LINK) Turun 72,8 Persen, Utang Naik

LINK mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp240,72 miliar pada 2022.
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan beraktivitas di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin (6/3/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten penyediaan layanan jaringan komunikasi broadband PT Link Net Tbk (LINK) mencatat penurunan kinerja laba bersih pada 2022. 

Dalam laporan keuangan yang sudah diaudit, LINK mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp240,72 miliar pada 2022, turun 72,81 persen year on year (yoy). Alhasil laba per saham tercatat Rp87, turun dari periode 2021 sebesar Rp322. 

Dalam laporan keuangan yang diunggah ke website Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan Link Net selama tahun lalu mencapai Rp4,37 triliun, turun 5,81 persen dari Rp4,64 triliun pada 2021.

Sementara, jumlah beban pokok pendapatan perseroan meningkat 3,38 persen dari Rp963,32 miliar pada 2021 menjadi Rp995,93 miliar pada 2022. 

Alhasil Link Net mencetak penurunan laba bruto sebesar 3,6 persen yoy menjadi Rp3,37 triliun selama 2022.

Jumlah laba sebelum pajak penghasilan juga turun signifikan sebesar 71,3 persen yoy menjadi Rp330,03 miliar pada 2022 dari periode sebelumnya Rp1,15 triliun.

Di sisi lain, perusahaan beraset Rp11,64 triliun itu mencatat kenaikan kewajiban atau lialibilitas pada akhir 2022. 

“Total kewajiban konsolidasian per tanggal 31 Desember 2022 tercatat sebesar Rp6.676.754 juta mengalami penigkatan sebesar 48,45 persen atau sebesar Rp2.179.202 juta dibandingkn dengan total kewajibana konsolidasian yang tercatat pada tanggal 31 Desember 2021 sebesar Rp4.497.552 juta,” tulis Corporate Secretary Link Net Johannes yang mewakili direksi, Rabu (8/3/2022).

Peningkatan total kewajiban tersebut karena adanya fasilitas kredit yang dicairkan oleh perseroan hingga akhir 2022, yakni dari MUFG Bank Ltd sebesar Rp1,5 triliun dari keseluruhan fasilitas sebesar Rp2,6 triliun, kemudian cari Citibank NA Indonesia sebesar Rp1 triliun, dari Deutsche Bank AG Rp575 miliar, dan dari PT Bank Permata Tbk. sebesar Rp500 miliar.

“Menurut perseroan, pencairan fasilitas dapat membantu kinerja keuangan perseroan pada tahun berjalan dan tidak akan berdampak secara material pada kegiatan operasional serta kelangsungan usaha perseroan,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper