Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menguji Laju IHSG dan Pasar Obligasi Usai Lebaran, Mana Paling Cuan?

Pasar obligasi menarik dicermati di tengah kemungkinan koreksi IHSG setelah libur lebaran.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku pasar diharapkan mewaspadai koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pascalibur lebaran, meskipun IHSG sempat menanjak pada awal perdagangan. Analis juga menilai pasar obligasi patut dicermati. 

Mengutip data Bursa Efek Indonesia pada pukul 12.30 WIB, IHSG terpantau masih bergerak di zona hijau, naik 0,57 persen atau 38,95 poin ke level 6.860,74. 

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan hari ini pelaku pasar harus mewaspadai koreksi pasar pascalibur Lebaran. Pasalnya, dalam sepekan terakhir, pasar saham dan komoditas global terkoreksi tajam. Dow Jones misalnya turun 1,3 persen, Nasdaq turun 2,9 persen, MSCI emerging markets turun 2,3 persen,  minyak mentah Brent turun 4,7 persen, dan indeks komoditas S&P-Goldman Sachs turun 3,9 persen. 

"Akan tetapi, kami masih optimistis dengan kondisi pasar obligasi Indonesia. Pasar obligasi global bergerak positif dalam sepekan terakhir yang ditandai dengan penurunan imbal hasil atau yield US Treasury 10 tahun sebesar 18 bps menjadi 3,4 persen dan imbal hasil tenor 10 tahun turun sebesar 9 bps menjadi 2,38 persen," ungkap Lionel dalam riset, Rabu (26/4/2023). 

Mempertimbangkan hal ini, Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi yield Indonesia Government Bond (INDOGB) tenor 10 tahun akan menguat ke rentang 6,45-6,55 persen hari ini. 

Sementara itu, rupiah diprediksikan akan bergerak stabil dalam rentang Rp14.850-Rp14.950 per dolar AS karena stabilitas indeks dolar di rentang 101,75-101,95 selama sepekan terakhir.

Stabilitas indeks dolar AS ditopang PMI jasa Amerika Serikat menguat diluar dugaan di bulan April menjadi 53,7, lebih tinggi dari Maret di 52,6 dan konsensus di 51,5. Hal yang sama juga terjadi atas PMI manufaktur AS, yang berbalik diluar dugaan dari kontraksi menjadi ekspansi sebesar 50,4, lebih tinggi dari pada Maret 49,2 dan konsensus di 49. 

Ekspansi PMI manufaktur dan jasa yang lebih kuat dari konsensus pada April membuat 79 persen analis di pasar yakin bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen pada Rabu pekan depan (3/5/2023). 

Sementara itu, di dalam negeri, Bank Indonesia yakin inflasi akan kembali ke rentang 3 persen plus minus 1 persen pada Agustus 2023. Prediksi inflasi BI bulan ini lebih optimistis dari proyeksi BI pada bulan sebelumnya, yang memperkirakan inflasi baru akan kembali ke rentang 3 persen plus minus 1 persen pada September 2023. 

"Menurut pandangan kami, hal ini bisa saja terjadi dengan syarat inflasi bulanan tidak melebihi 0,8 persen mom. Dengan mempertimbangkan kondisi ini, kami memperkirakan BI berpotensi memangkas suku bunga acuan 7DRRR sebesar maksimal 125 bps menjadi 4,5 persen pada semester kedua 2023," ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper