Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Pacu Emiten saat Gejolak Ekonomi hingga Negara Penggaet BYD

Berita pilihan: Memacu emiten di tengah gejolak ekonomi hingga upaya tiga negara Asean menggaet BYD Auto
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja positif emiten terus dipacu untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional di tengah gejolak aspek keuangan hingga geopolitik.

Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan saat ini kinerja perekonomian di beberapa negara maju dan negara berkembang lain tengah diselimuti oleh kombinasi antara perlambatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi tinggi atau stagflasi.

“Yang sudah terjadi di beberapa negara utama Eropa seperti Jerman, Inggirs dan mungkin sebentar lagi Prancis, kemudian Belanda sebentar lagi dan beberapa negara di Eropa Timur,” ujarnya dalam agenda Bisnis Indonesia Award, Rabu (31/5/2023).

Hingga kuartal I/2023, kinerja pengembalian pertumbuhan ekonomi nasional mengalami perbaikan kinerja pada seluruh sektor keuangan.

Kendati, OJK mengimbau emiten perlu untuk mengantisipasi dan melakukan langkah mitigasi dalam menghadapi tantangan ekonomi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sektor keuangan Tanah Air yang tetap kuat.

Berita tentang memacu emiten di tengah gejolak ekonomi menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Kamis (1/6/2023). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:

 

Membaca Potensi Indonesia Menjadi Negara Maju

Keinginan agar Indonesia segera naik kelas dari negara dengan penghasilan menengah menjadi negara maju terus berkumandang.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melihat Indonesia berpotensi besar menjadi negara maju dari sisi pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, bonus demografi, jika dikelola dengan baik bisa mengantar Indonesia menuju target menjadi negara maju tersebut.

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Indonesia, bersama India, dan China,  dinilai memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang sangat baik di tengah tantangannya masing-masing. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, India, dan China tercatat lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia dalam 10 tahun terakhir.

Pada 2022 ekonomi India tumbuh 6,8 persen, Indonesia tumbuh 5,3 persen, dan China tumbuh di level 3,4 persen.

 

Peringatan, China Bakal Sulit Angkat Ekonomi Global

Perekonomian China kembali menunjukkan sinyal pelemahan setelah indikator aktivitas pabrik di menurun lebih cepat dari yang diperkirakan.

Data Biro Statistik Nasional (NBS) menunjukkan indeks pembelian manajer (PMI) turun ke level terendah dalam 5 bulan terakhir menjadi 48,8 dari 49,2 pada sebulan sebelumnya, seperti dilaporkan Reuters pada Rabu (31/5/2023).

"Data PMI menunjukkan bahwa China mungkin menuju pemulihan berbentuk K," kata Kepala Ekonom jones Lang LaSalle Bruce Pang.

Menurutnya, pelemahan permintaan bakal membebani target pertumbuhan China 5 persen pada tahun ini.

NBS melaporkan bahwa pabrik di sektor kimia hingga peleburan bijih besi menghadapi pelemahan produksi dan permintaan.

 

Pacu Emiten Tanggung Berkelit dari Gejolak Ekonomi

AUTO didukung dengan capaian laba bersih konsolidasian seberar Rp432,9 miliar pada kuartal I/2023, tumbuh 92,1 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp225,3 miliar.

Kenaikan laba bersih AUTO sejalan dengan meningkatnya pendapatan perseroan menjadi Rp5 triliun pada kuartal I/2023, atau tumbuh 8,6 persen dari kuartal I/2022 sebesar Rp4,6 triliun.

Dari sisi neraca, AUTO membukukan pertumbuhan aset sebesar 3,9 persen menjadi Rp19,2 triliun pada akhir Maret 2023, dibandingkan Rp18,5 triliun pada akhir Desember 2022. Sedangkan liabilitas mengalami kenaikan sebesar 4,7 persen menjadi Rp5,7 triliun, dari sebelumnya Rp5,5 triliun.

Direktur Astra Otoparts Wanny Wijaya menjelaskan, pada segmen usaha manufaktur, perseroan menjalin kerja sama dengan mitra bisnis ternama dunia untuk memproduksi berbagai macam produk suku cadang yang melayani hampir seluruh pabrikan otomotif dan pasar suku cadang pengganti di Indonesia, baik untuk kendaraan roda dua, roda empat, komersial, dan lainnya

 

Buah Tangan Rapat Investor Tahunan TLKM

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) kemarin, Selasa (30/5/2023). Rapat tersebut menghasilkan sejumlah kabar terbaru dari emiten BUMN tersebut, mulai dari pembagian dividen hingga masuknya nama-nama baru di jajaran direksi dan komisaris.

RUPS TLKM memutuskan membagikan dividen 80 persen dari laba bersih. Pada 2022, Telkom mencatatkan laba bersih Rp20,75 triliun. Oleh karena itu, potensi dividen TLKM mencapai Rp16,6 triliun dengan nilai dividen per saham Rp167,59.

"Dividen 80 persen [dari laba 2022]," jelas SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza saat dihubungi Bisnis, Selasa (30/5/2023).

Dalam pengumuman RUPS,  salah satu agenda ialah penetapan penggunaan laba bersih tahun buku 2022. Telkom telah memberi sinyal untuk memberikan rasio dividen sekitar 80 persen dari laba bersih untuk tahun buku 2022.

 

Adu Pikat Tiga Negara Asia Tenggara Menggaet BYD

YD Auto, merek pabrikan kendaraan listrik terlaris dunia, melanjutkan ekspansi ke Asia Tenggara. Setelah memulai pembangunan pabrik di Thailand, BYD telah menimang tiga negara di Asean kandidat basis produksi berikutnya.

BYD Auto adalah anak perusahaan BYD yang didirikan pada awal 2023. Ditopang oleh pasar China yang berkembang, BYD dengan cepat melesat menjadi merek kendaraan listrik papan atas.

Bahkan, pada Juni 2022, penjualan BYD berhasil melampaui merek mobil terlaris sepanjang masa asal Amerika, Tesla. Sepanjang semester pertama 2023, penjualan mobil listrik BYD mencapai 641.000 unit.

Keberhasilan BYD juga didukung oleh langkah ekspansinya ke pasar ekspor. Bermodal harga produk yang kompetitif, pada 2009, BYD mulai mengekspor produknya ke Afrika, Amerika Selatan, juga Timur Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper