Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Otomotif Nasional Bisa Tumbuh di Atas 3 Persen

Pasar otomotif nasional mampu bertumbuh di atas 3 persen, tetapi wabah virus corona bisa menjafi sentimen negatif bagi industri.
Sebuah mobil Toyota Mirai terlihat di Pameran Industri Otomotif Internasional Shanghai./ REUTERS - Aly Song
Sebuah mobil Toyota Mirai terlihat di Pameran Industri Otomotif Internasional Shanghai./ REUTERS - Aly Song

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri otomotif masih berharap pasar nasional bisa tumbuh di atas 3 persen pada 2020 setelah sepanjang tahun lalu lesu.

Namun, eskalasi penyebaran wabah virus corona dinilai dapat memengaruhi prospem positif tersebut.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil sepanjang 2019 mengalami penurunan sejumlah 10,5 persen.

Direktur Marketing PT Toyota Astra Motor Anton Jimmy Suwandi mengakui bahwa pasar otomotif nasional punya peluang bertumbuh pada tahun ini.

“Market diprediksi bisa naik di atas 3 persen,” kata Anton kepada Bisnis, Kamis (6/2/2020).

Kendati begitu, Anton mengatakan pasar perlu mewaspadai dampak dari virus corona yang tengah menelan korban jiwa ratusan orang, terutama di China, negara dengan industri otomotif terbesar di dunia. Wabah mematikan itu pun sudah menyebar ke beberapa negara lainnya.

Kondisi itu dinilai sangat berpotensi memengaruhi industri otomotif nasional.

“Tapi, sekarang dengan adanya virus corona, perlu dilakukan review apakah ada pengaruh secara ekonomi global maupun nasional,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengatakan dampak panjang dari virus corona mampu menjadi tantangan bagi industri otomotif nasional yang menargetkan pertumbuhan lima persen pada 2020.

"Rasanya kami tidak boleh memandang remeh kasus virus corona yang mulai mengganggu. Kalau berlanjut lebih lama lagi, ini sangat berdampak," ujar Nangoi saat ditemui di Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Dia menambahkan bahwa posisi China saat ini sangat memengaruhi perekonomian global. Kondisi itu sangat berbeda jauh ketika China dilanda wabah Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada periode 2002-2003.

Saat itu, perekonomian negeri Tirai Bambu itu hanya 4 persen dunia, sedangkan saat ini mencapai 17 hingga 18 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper