Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jaga Inflasi Desember, Jateng Fokus Benahi Volatile Food

Untuk mencegah lompatan harga bahan makanan jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), pemangku kepentingan di Jawa Tengah berfokus terhadap ketersediaan dan pengendalian volatile food seperti telur, daging ayam, serta beras.
Ilustrasi pedagang merapikan telur dagangannya di sebuah pasar tradisional./Antara-Aprillio Akbar
Ilustrasi pedagang merapikan telur dagangannya di sebuah pasar tradisional./Antara-Aprillio Akbar

Bisnis.com, SEMARANG — Untuk mencegah lompatan harga bahan makanan jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), pemangku kepentingan di Jawa Tengah fokus terhadap ketersediaan dan pengendalian volatile food seperti telur, daging ayam, serta beras.

“Kita akan pastikan pasokannya bahan-bahan makanan volatil ini, sehingga harganya tetap stabil jelang Nataru,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jateng Arif Sambodo.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jateng Agus Wariyanto mengatakan volatile food berkontribusi sekitar 80% terhadap total inflasi. Oleh karena itu, komponen tersebut mendapat perhatian lebih jelang Nataru.

“Apalagi saat momen Nataru, konsumsi di Jateng meningkat sekitar 5%. Namun, itu bukan masalah mengingat sejumlah komoditas pangan mengalami surplus, karena Jateng merupakan sentra produksi,” ujarnya.

Kendati demikian, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) tentunya akan terus memantau kondisi harga bahan makanan di lapangan di tengah meningkatnya permintaan. Apabila sudah melalui ambang batas TPID, maka akan dilakukan operasi pasar.

Pemprov Jateng juga memiliki 850 toko tani yang tersebar di zona merah atau miskin. Toko tersebut bertujuan memberikan bahan makanan dengan harga murah kepada masyarakat yang tidak mampu dengan sistem subsidi.

Sebagai contoh, beras di toko tani dibanderol Rp8.8000 per kg, atau lebih rendah dari harga pasaran Rp9.500 per kg.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Jawa Tengah Soekowardojo menyampaikan sampai akhir 2019 diperkirakan tingkat inflasi Jateng terjaga di kisaraan 2,75%-2,85%, atau di bawah nasional sekitar 3%. Hal ini terjadi karena kondisi harga volatile food yang lebih terkendali.

“Memang Desember ada momen Natal dan Tahun Baru, sehingga inflasi di Jateng bisa meningkat hingga 0,5%. Artinya dari November sebesar 2,35%, sampai akhir 2019 berkisar 2,75%-2,85%,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (4/12/2019).

Adapun, harga bahan makanan yang biasanya cenderung volatil dan menjadi fokus pengendalian adalah beras, bawang merah, bawang putih, cabai, daging ayam, dan telur. Pada tahun ini, komoditas-komoditas tersebut cenderung terjaga pasokannya, sehingga inflasi Jateng cenderung stabil.

Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan dilanjutkan dengan Tahun Baru, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jateng akan melakukan rapat koordinasi pada Kamis (5/12/2019). Rapat itu rencananya dihadiri oleh tim dari Kementerian Perdagangan.

Setelah itu, TPID akan melakukan operasi pasar untuk memastikan barang-barang yang dibutuhkan saat momen hari besar, seperti terigu, gula, dan telur.

“Kalau terjadi kekurangan [bahan makanan] atau diprediksi kurang di pasar, kita harus berusaha. Mumpung masih ada waktu tiga pekan. Tentu banyak pihak yang terlibat dari pemerintah daerah, Bulog, pedagang, kita akan diskusikan memenuhi kebutuhannnya,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper