Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Olahraga Dituntut Inovatif Manfaatkan Akses Digital

Sebagai salah satu sektor yang ikut terpukul dampak pandemi Covid-19, industri olahraga dituntut lebih inovatif dan adaptif untuk memanfaatkan peluang yang dibawa tren digital.
Ilustrasi pertandingan e-Sport./Reuters
Ilustrasi pertandingan e-Sport./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai salah satu sektor yang ikut terpukul dampak pandemi Covid-19, industri olahraga dituntut lebih inovatif dan adaptif untuk memanfaatkan peluang yang dibawa tren digital.

Tidak hanya aktivitas yang terhenti, industri olahraga mengalami penurunan pendapatan yang signifikan. Jika rata-rata pendapatan olahraga global dapat mencapai US$140 miliar per tahun, tahun ini diperkirakan akan turun menjadi US$70 miliar.

Menteri Koordinator Perekonomian sekaligus Ketua Uum PB Wushu Indonesia Airlangga Hartarto mengatakan meski hampir seluruh sektor ekonomi terdampak pandemi, namun tren digitalisasi terjagi peningkatan yang drastis. Dengan demikian, ekonomi digital membawa peluang besar, termasuk untuk industri olahraga.

Misalnya saja, kata Airlangga, e-sports akan terus diminati seiring dengan semakin tidak adanya even real sports.

"Potensi ekonomi digital besar. Di Asean potensinya sebesar US$300 miliar pada 2025, sementara Indonesia potensinya US$133 miliar. Jadi perlu akselerasi di digitalitalisasi, termasuk olahraga secara digital," katanya dalam webinar Prestasi dan Industri Olahraga di Era New Normal, Selasa (30/6/2020).

Menurut World Economic Forum, pandemi Covid-19 menyebabkan lonjakan konsumsi media, seperti televisi, internet, dan lainnya. Namun di sisi lain, live event tidak bisa ditampilkan. Alhasil, penyiar olahraga seperti ESPN dan Fox Sports menampilkan rekaman pertandingan klasik, dokumenter, dan tayangan e-sport.

Di sisi lain, industri olahraga yang memiliki direct-to-consumer streaming service, seperti Netflix untuk olahraga, mengalami lonjakan signifikan. Diperkirakan untuk jangka panjang, konsumen akan lebih memilih layanan direct-to-consumer streaming service dan meninggalkan siaran televisi tradisional karena konten yang lebih variatif dan jadwal yang lebih fleksibel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper