Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Batik Motif Corona, Terinspirasi Selama Jalani Isolasi Mandiri

Penampakan virus Corona sepertinya tidak lagi menjadi sebuah hal yang ditakutkan. Di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, virus Corona dijadikan motif batik.
Ketua Dekranasda Pesisir Selatan, Lisda Hendrajoni saat mengenakan dan memperlihatkan Batik Motif Corona yang diperkenalkan di Pndopo Rumah Dinas Bupati Pesisir Selatan, Selasa (19/1/2021)./Istimewa
Ketua Dekranasda Pesisir Selatan, Lisda Hendrajoni saat mengenakan dan memperlihatkan Batik Motif Corona yang diperkenalkan di Pndopo Rumah Dinas Bupati Pesisir Selatan, Selasa (19/1/2021)./Istimewa

Bisnis.com, PAINAN - Penampakan virus Corona sepertinya tidak lagi menjadi sebuah hal yang ditakutkan. Di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, virus Corona dijadikan motif batik.

Batik dengan motif gambar virus Corona itu, diproduksi oleh Rumah Batik Dewi Busana Lunang. Munculnya motif gambar Corona tersebut, ketika si pengrajin terpapar Covid-19 dan melakukan isolasi mandiri.

Perajin itu adalah Dewi Hapsari Kurniasih, 44. Dia sebelumnya memanglah seorang perajin batik di Pesisir Selatan. Batik yang populer dilahirkannya adalah Batik Mandeh Rubiah dan Batik Tanah Liek, yang pernah ditampilkan di tingkat nasional.

"Saya awalnya memang lagi cari-cari ide untuk motif batik yang baru. Jadi ketika saya terpapar Covid-19 dan mengharuskan isolasi mandiri. Nah ketika isolasi itu, saya merasa suntuk. Saya pun mencoba membuat gambar Corona," kata Dewi kita dihubungi Bisnis dari Padang, Rabu (20/1/2021).

Dewi menjelaskan persisi jelang penutupan tahun 2020 kemarin ini dia dinyatakan positif Covid-19. Tidak tahu entah dari virus tersebut dibawa oleh Dewi. Tapi dari kondisi itu, seakan memberikan berkah bagi Dewi, sehingga lahirnya batik dengan motif Corona.

Hari demi hari yang dilalui oleh Dewi saat melakukan isolasi di rumah, bolak balik ke tempat produksi batiknya. Dimana ketika itu dua orang pekerjanya juga dinyatakan harus isolasi mandiri, usai dirinya dinyatakan positif Covid-19.

Melihat tempat membatik yang kosong, sementara kondisinya harus melakukan isolasi, Dewi pun terpancing untuk bangkit dari situasi itu. Selama melakukan isolasi itulah, Dewi berhasil menimbulkan motif yang kini membuat karya batiknya dengan motif Corona kebanjiran pesanan.

"Ketika saya sudah menemukan motifnya. Saya mulai berpikir, warna apa yang cocok. Nah muncullah ide, mengingat ini adalah motifnya Corona, warna dari karya kali ini harus terang," ungkapnya.

Disaat Dewi dinyatakan sembuh dari Covid-19, dia pun langsung menyalurkan ide-idenya itu menjadi sebuah motif batik yang baru. Warna terang yang diinginkan Dewi, ternyata memiliki alasan.

Menurutnya, berpengalaman dari kasus positif Covid-19 yang dialaminya itu, penting untuk menginspirasi banyak orang, bahwa penting untuk selalu menjaga kesehatan, dan tetap semangat menjalani hidup meski sedang terpapar Covid-19.

"Jadi warna terang itu artinya semangat," tegasnya.

Warna motif Corona yang dilahirkan oleh Dewi itu ada oranye, kuning, biru, hijau, merah, dan dengan warna kain dasar hitam.

Adanya warna dari motif Corona tersebut, dengan percaya diri, Dewi pun menyampaikan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Pesisir Selatan, agar diberi kesempatan untuk menampilkan motif batik terbarunya itu.

"Jadi pada Selasa (19/1) kemarin, Batik Motif Corona telah diperkenalkan oleh Pemkab Pesisir Selatan di Painan. Usai kegiatan itu, orderan untuk Batik Motif Corona pun berdatangan," ujarnya.

Saat ini pesanan yang masuk untuk Batik Motif Corona telah mencapai ratusan potong. Pesanan itu datang dari instansi Pemkab Pesisir Selatan serta salah satu SD IT di Painan.

"Saya menjual batik ini dengan model dua pilihan. Pertama motif batik Corona itu dibuat menggunakan printing, dan yang kedua menggunakan cap. Begitu juga penggunaan kain putihnya, juga bisa disesuaikan," ucapnya.

Dewi menjelaskan produksi Batik Motif Corona untuk yang menggunakan printing dijual dengan harga Rp50.000 hingga Rp60.000 per meternya. Harga akan bervariasi sesuai dengan pilihan jenis kain putih yang digunakan.

Sedangkan untuk Batik Motif Corona yang diproduksi dengan cara dicap, dijual cukup tinggi dari yang diprinting. Dimana untuk sehelai kain dengan panjang 2 meter harganya mencapai Rp225.000-Rp250.000.

"Jadi yang masuk sekarang itu banyak untuk cap. Kalau yang dari SD IT itu mereka pesan untuk diprinting," ungkapnya.

Dewi bukanlah orang baru di dunia perajin batik. Melalui usaha Rumah Batik Dewi Busana Lunang, Dewi sudah mulai usaha perajin batik sejak tahun 2013 lalu.

Sementara itu, Ketua Dekranasda Pesisir Selatan Lisda Hendrajoni mengatakan kerajinan batik di Pesisir Selatan sudah berkembang sejak empat tahun terakhir. Dimana ada tersebar di tiga kecamatan dari 15 kecamatan.

"Tiga itu yakni rumah produksi batik di Bayang Utara, IV Jurai, dan Lunang," ujar Lisda yang juga sebagai Anggota DPR RI itu.

Di Pesisir Selatan, ada lebih dari 200 perajin aktif memproduksi batik di tiga kecamatan tersebut. "Saya sangat senang adanya motif baru muncul. Artinya perajin kita masih mampu tetap produktif di tengah pandemi ini," sebutnya. (k56)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Noli Hendra
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper