Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Karbida Jatim Terimbas Gejolak Eksternal

Ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan global menumbuhkan risiko negatif terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, SURABAYA - Produsen kalsium karbida PT Emdeki Utama Tbk (MDKI) mencatatkan kinerja penjualan hingga kuartal III/2022 tercatat mencapai 18.389 ton dengan capaian laba sebesar Rp21,23 miliar.

Direktur Emdeki, Vincent Secapramana mengatakan hingga akhir tahun ini perseroan seharusnya menargetkan bisa menjual kalsium karbida sebanyak 22.006 ton, dan diharapkan bisa meraih laba sebesar Rp38,85 miliar.

“Namun hal ini sepertinya sulit karena adanya kenaikan terus beban biaya seperti harga bahan baku dan biaya transportasi kontainer untuk ekspor,” katanya, dalam rilis paparan publik, Senin (28/11/2022).

Dia mengatakan adanya pandemi Covid-19 secara global sejak 2020 sampai dengan saat ini sangat mempengaruhi dan melemahkan kondisi ekonomi baik nasional maupun internasional.

“Ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan global ini membayangi pertumbuhan dari negara-negara mitra dagang utama yang diproyeksikan melambat, ini menumbuhkan risiko negatif terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.

Meski begitu, katanya, dengan kerja keras dan terukur dari seluruh jajaran, Emdeki Utama masih mampu menjaga stabilitas pertumbuhan dengan cukup baik.

Bahkan pembangunan pabrik Carbide Desulphuriser Tahap I telah selesai dibangun di Gresik pada akhir September 2019 dan telah berporduksi normal. Sedangkan untuk pabrik Carbide Desulphuriser Tahap II di Cilegon-Banten masih dipertimbangkan untuk ditunda, dan menunggu perkembangan positif pabrik baja di wilayah Cilegon.

Seperti diketahui, Kalsium Karbida atau karbit biasanya digunakan untuk pembuatan gas acetylene (C2H2) yaitu gas untuk memotong dan mengelas besi dan baja pada industri perkapalan, pertambangan, karoseri mobil serta industri kecil sehingga industri ini juga bergantung pada industri baja dan turunannya.

Selain itu, lanjut Vincent, rencana pembangunan pabrik Ferro Silica di Gresik dengan kapasitas 7.000 ton per tahun juga perlu ditunda, karena butuh penelaahan lebih lanjut akibat adanya ramalan para ekonom dunia soal perlambatan ekonomi.

Adapun pengembangan usaha yang sedang dijalankan saat ini dengan menggunakan dana internal perusahaan yakni pembuatan Mortar dan Precipitated Calcium Carbonate (PCC). Mortar adalah produk seperti semen yang biasa digunakan sebagai plester dinding dan perekat pemasangan bata.

Sementara PCC adalah bahan yang biasa digunakan untuk pembuatan kertas, plastik, tinta, cat dan lain-lain. 

Vincent menjelaskan, bahan baku kedua produk ini telah tersedia dari sisa pembakaran kapur yang selama ini tidak terpakai, sebagian dijual dan sebagian dibuang. Bahan baku lain untuk PCC menggunakan gas buang CO2 (Karbon Dioksida).

“Mortar dengan kapasitas produksi 4.200 ton/tahun mulai beroperaasi Juli 2022, sedangkan PCC dengan kapasitas produksi 800 ton/tahun akan beroperasi Desember 2022,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler