Tantangan Industri Ekonomi Digital: Pemerintah Perlu Tarik Talenta

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 10 Oktober 2019 | 18:00 WIB
Smart City. /Bisnis.com
Smart City. /Bisnis.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Asia Tenggara, termasuk Indonesia, masih terkendala dengan minimnya talenta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi digital. 

Sejumlah pemangku kepentingan didorong untuk terlibat dengan mengembangkan talenta yang dimiliki dan memanggil talenta dari luar untuk mengatasi permasalahan kesenjangan antara talenta yang ada dan perkembangan teknologi.  

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Google, Temasek dan Bain & Company, ekonomi internet di Indonesia diprediksi mencapai US$130 miliar atau Rp1,88 kuadriliun pada 2025. 

Tidak hanya itu, bahkan dalam 4 tahun terakhir, pasar ekonomi berbasis internet di Tanah Air diperkirakan berkembang empat kali lipat menjadi US$40 miliar atau yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Hanya saja, untuk menyentuh angka tersebut terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi diantaranya ada ketersediaan talenta yang masih terbatas. 

Managing Directoor Google Indonesia, Randy Jusuf mengatakan kesejangan talenta terjadi karena pertumbuhan teknologi yang berjalan cepat. 

Dia mengatakan untuk mengatasi permasalahan tersebut sejumlah pemangku kepentingan perlu mendorong program pengembangan talenta. 

Adapun, selain membina talenta, cara lain yang dapat ditempuh oleh para pemangku kepentingan, menurutnya, dengan memanggil talenta berbakat dari luar atau industri lain. 

Dia mengatakan permasalahan mengenai talenta tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga di beberapa negara Asia Tenggara. 

“Jadi tidak hanya membina tapi juga harus dibantu dengan talenta yang ada,” kata Randy kepada Bisnis.com, belum lama ini. 

Mengenai permasalahan talenta, CEO Blibli.com Kusumo Martanto menilai Indonesia tidak kekurangan talenta saat ini. Hanya saja, talenta yang ada masih belum matang secara pengalaman. 

Dia menilai banyak remaja Indonesia yang memiliki gagasan cemerlang membutuhkan arahan dan bimbingan dari talenta yang lebih berpengalaman agar dapat berkembang. 

Adapun dalam menghadirkan talenta berpengalaman, menurutnya, pemerintah dapat memanggil sejumlah talenta berbakat yang saat ini masih berada di luar negeri. 

“Itu yang terjadi di India dan China, jadi pemerintah juga aktif,” kata Kusumo. 

Blibli.com, sambungnya, dalam mendukung dan melahirkan talenta berbakat memiliki program bernama The Future, sebuah program pelatihan hasil kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi untuk melahirkan talenta Hamdan bagi perusahaan ataupun Indonesia. 

Dalam program tersebut mahasiswa terpilih akan diberi proyek untuk diselesaikan dalam 1 tahun. Seriap 3 bulan sekali proyek tersebut akan dievaluasi. 

“Dengan program tersebut semoga bisa menyebarkan talenta- talenta baru agar terus ada,” kata Kusumo.

Sementara itu, Head of Brands Management Shopee Indonesia Daniel Minardi mengatakan mengandalkan Global Leader Program untuk mematangkan talenta. Program tersebut telah berjalan 2 tahun.

Dia mengatakan dengan program GLP Shopee memberikan kesempatan kepada talenta berbakat untuk berkembang bersama Shopee. 

“Kami didik anak dari freshgraduate sampai dia berhasil menduduki posisi Management,” kata Daniel. 

GLP adalah program unggulan Shopee. Program ini telah diluncurkan pada enam  wilayah, yaitu Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, Vietnam dan Filipina.

Calon kandidat akan menjalani proses seleksi ketat dengan tiga putaran penilaian dan sesi seleksi eksklusif dengan para top management Shopee. 

Sementara itu, Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amsevindo), Edward Ismawan Chamdani menyarankan dalam mengatasi permasalahan GAP talenta, para pengembang yang sudah bekerja di perusahaan sebaiknya menjadi kader atau pengajar dalam mendorong talenta-talenta berikutnya dengan pengalaman yang dimiliki.

Sebagian dari mereka, tuturnya, yang bekerja di unikorn akan menjadi kandidat dalam membuat perusahaan rintisan baru, sehingga ekosistem perusahaan rintisan dan investasi makin baik dan berkembang.

“Kita memang berkejaran antara peluang (pertumbuhan ekonomi digital) dan talenta, namun masalah ini menurut kami konsekuensi dari pertumbuhan cepat (ekonomi digital),” kata Edward. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper