Antara Teknologi 5G dan Revolusi Industri 4.0

Akbar Evandio
Kamis, 4 Juni 2020 | 21:16 WIB
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – 5G menjadi lanskap baru untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 yang segera tiba. Teknologi itu juga akan berdampak besar bagi negara berkembang yang sedang meningkatkan nilai ekonomi dan daya saing global seperti Indonesia.

Senior Director Solutions for Asia Pacific and Japan, Nokia Software, Srinivas Bhattiprolu menjelaskan bahwa 5G dapat membentuk basis kecerdasan, jaringan ‘human-critical’ yang mengombinasikan nilai data yang tinggi, densitas perangkat dan komunikasi instan dengan kinerja jaringan berlatensi rendah serta konektivitas masif.

“Ini akan memungkinkan lahirnya aplikasi baru untuk semua kebutuhan, mulai dari eHealth, kendaraan- kendaraan yang terhubung ke berbagai kota pintar (smart city), rumah pintar (smart home) dan teknologi the Internet of Things (IoT),” ujarnya dalam siaran persnya, Kamis, (4/6/2020).

Dari sisi keamanan, menurutnya, dengan 5G akan lebih banyak jaringan yang melakukan hal-hal kompleks dan memberikan lebih banyak layanan. Salah satunya, slicing yang akan menjadi aturan awan, untuk memungkinkan sumber daya jaringan dapat dibagikan kepada pihak ketiga, dengan jaminan quality of service (QoS) dan isolasi.

“Operator juga perlu mengubah pemahaman mereka tentang keamanan. Saat ini, layanan jaringan cenderung tidak berubah setelah dirancang, dan layanan biasanya beroperasi secara terpisah satu sama lain,” ungkapnya.

Layanan-layanan ini bersifat statis dan tertutup, serta berbeda dengan layanan jaringan 5G berbasis irisan (sliced-based) yang sangat dinamis dan mampu memberikan respon terhadap berbagai perubahan dan perkembangan secara real-time. Otomatisasi pun memberikan kompleksitas tambahan pada keseluruhan sistem keamanan.

Dia mengatakan bahwa keamanan yang memiliki fleksibilitas, adaptif dan menyeluruh pada skenario 5G memerlukan visibilitas dari perangkat, melalui jaringan, dan kemudian masuk ke cloud.

Menurutnya, tanpa kemampuan mengumpulkan, mengkorelasikan dan menganalisis data secara keseluruhan, ancaman keamanan dapat dengan mudah terlewatkan begitu saja.

“Dengan 5G, jaringan secara keseluruhan menjadi suatu sensor, mengambil data dari seluruh sistem dan perangkat yang ada, untuk memberikan keamanan maksimum yang komprehensif dan real-time,” ujarnya.

Lebih lanjut, operasional keamanan 5G juga harus prediktif dan otomatis. Artinya, menggunakan pembelajaran mesin, analisa multidimensi dan memberikan ancaman kecerdasan (threat intelligence) untuk mengkorelasikan data dari berbagai domain dan sumber, menangkap anomali, dan menyediakan kecerdasan kontekstual mengenai ancaman, menimbang resiko bisnis dan merekomendasikan  langkah-langkah mitigasi.

“Analisa juga merupakan hal penting karena banyak ancaman yang dirancang agar tidak mudah terdeteksi dengan cepat dibawah radar pusat operasi keamanan jaringan atau bersembunyi di dalam gangguan minor informasi,” lanjutnya

Dengan 5G, imbuhnya, jaringan tidak akan memiliki batasan konvensional: jaringan akan menjadi ekosistem terbuka dimana seluruh perangkat pihak ketiga yang tidak terkelola (unmanaged third-party devices) terhubung.

“Otomatisasi dan orkestrasi alur kerja keamanan (security workflow) yang terintegerasi merupakan kunci keamanan yang kuat, yang mengubah pertahanan statis menjadi respon-respon yang gesit, adaptif, dan akurat terhadap ancaman.”

.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper