Pelarangan TikTok: Mayoritas Milenial AS Tidak Khawatir Soal Akses Data Pribadi

Krizia Putri Kinanti
Sabtu, 8 Agustus 2020 | 09:39 WIB
Logo TikTok/Bloomberg/Lam Yik
Logo TikTok/Bloomberg/Lam Yik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar pengguna TikTok Gen Z dan milenial di AS kesal dengan potensi larangan TikTok, menurut survei terhadap 10.000 pengguna yang dilakukan minggu ini.

Dikutip dari Cnet.com, Sabtu (8/8/2020), 83 persen dari mereka yang disurvei tidak cukup khawatir tentang kemungkinan pemerintah China memiliki akses ke data mereka untuk mempertimbangkan penghapusan aplikasi video media sosial.

Mayoritas responden juga tidak ingin beralih ke pesaing TikTok, survei oleh TruePublic mengungkapkan sekitar 88 persen orang yang disurvei lebih memilih TikTok daripada pesaing seperti Triller dan Byte. Instagram juga meluncurkan layanan pesaing yang disebut Reels minggu ini.

Presiden Donald Trump mengancam akan melarang TikTok akhir pekan lalu kecuali aplikasi tersebut, yang dimiliki oleh konglomerat internet China, ByteDance, diakuisisi oleh perusahaan AS. Microsoft telah berbicara tentang membeli beberapa atau semua TikTok.

Sebagai informasi, Presiden Trump mengeluarkan perintah eksekutif, yang akan melarang "transaksi" dengan ByteDance atau anak perusahaannya. Dia menyebut penggunaan aplikasi secara luas sebagai "darurat nasional" karena diduga terkait dengan pemerintah China. Perintah eksekutif mulai berlaku 45 hari setelah dikeluarkan.

Menurut pemberitaan Bisnis, Trump sedang meningkatkan upaya untuk membersihkan aplikasi milik China "yang tidak dipercaya" dari jaringan digital AS, dan menyebut aplikasi berdurasi singkat TikTok dan aplikasi messenger WeChat sebagai "ancaman signifikan".

Menurut Trump, aplikasi TikTok dapat digunakan untuk kampanye disinformasi yang menguntungkan Partai Komunis China, dan Amerika Serikat "harus mengambil tindakan agresif terhadap pemilik TikTok untuk melindungi keamanan nasional," katanya.

Di sisi lain, Trump mengatakan WeChat secara otomatis menangkap banyak informasi dari penggunanya. Pengumpulan data ini mengancam untuk mengizinkan Partai Komunis China mengakses informasi pribadi dan kepemilikan orang Amerika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper