Inggris Tuding Peretas Rusia Ingin Serang Olimpiade Tokyo 2020

Desyinta Nuraini
Selasa, 20 Oktober 2020 | 20:37 WIB
Ilustrasi/youtube
Ilustrasi/youtube
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Inggris menuding Direktorat Intelijen Utama Rusia (GRU) melakukan peretasan untuk menyerang Olimpiade 2020 di Tokyo.

Menurut pernyataan pers yang disampaikan pemerintah Inggris, GRU melakukan pengintaian dunia maya terhadap para pejabat dan organisasi di Olimpiade dan Paralimpiade 2020, yang semula akan berlangsung di Tokyo musim panas ini, namun belakangan ditunda penyelenggaraannya hingga tahun depan.

"Sasarannya termasuk penyelenggara Olimpiade, layanan logistik, dan sponsor," sebut pernyataan pers itu seperti dilansir dari Insider, Selasa (20/10/2020).

Tudingan Inggris ini datang pada hari yang sama ketika Departemen Kehakiman (DOJ) mendakwa enam pejabat Rusia karena mengatur serangkaian serangan dunia maya. Beberapa pejabat terlibat dalam serangan pada Olimpiade Musim Dingin 2018 di Pyeongchang, Korea Selatan.

Pernyataan Inggris tersebut memuat lebih detail serangan terhadap Olimpiade Musim Dingin dan Paralimpiade 2018.

Pemerintah Inggris mengatakan intelijen GRU dilaporkan mencoba menyamar sebagai peretas Korea Utara dan China ketika menargetkan upacara pembukaan 2018. Mereka kemudian menyebarkan jaringan lebih luas, menargetkan pejabat permainan, penyiar, dan bahkan resor ski.

Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris (NCSC) menemukan bahwa peretas menggunakan malware yang dirancang untuk menghapus data secara massal, menunjukkan tujuan peretas adalah sabotase.

"Tindakan GRU terhadap Olimpiade dan Paralimpiade adalah sinis dan sembrono. Kami mengutuk mereka sekuat mungkin. Inggris akan terus bekerja dengan sekutu kami untuk menyerukan dan melawan serangan dunia maya berbahaya di masa depan," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab.

Kedutaan Besar Rusia di Inggris membantah tuduhan tersebut. "Tugas yang sedang diatur London sendiri bukanlah untuk sampai ke dasar dugaan insiden dunia maya, tetapi menggunakan masalah ini sebagai bagian dari kampanye disinformasi yang disengaja yang bertujuan mendiskreditkan Rusia," sebut bantahan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper