China Sukses Nyalakan Matahari Buatannya

Mia Chitra Dinisari
Sabtu, 5 Desember 2020 | 07:34 WIB
Matahari buatan China
Matahari buatan China
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - China berhasil menyalakan reaktor fusi nuklir "matahari buatan" untuk pertama kalinya.

Keberhasilan itu, menandai kemajuan besar dalam kemampuan penelitian tenaga nuklir negara itu.

Reaktor HL-2M Tokamak adalah perangkat penelitian eksperimental fusi nuklir terbesar dan tercanggih di China, dan para ilmuwan berharap perangkat tersebut berpotensi membuka sumber energi bersih yang kuat.

Alat ini menggunakan medan magnet yang kuat untuk memadukan plasma panas dan dapat mencapai suhu lebih dari 150 juta derajat Celcius, atau kira-kira sepuluh kali lebih panas dari inti matahari.

Terletak di barat daya provinsi Sichuan dan selesai akhir tahun lalu, reaktor ini sering disebut "matahari buatan" karena panas dan tenaga yang dihasilkannya sangat besar.

"Pengembangan energi fusi nuklir tidak hanya sebagai cara untuk menyelesaikan kebutuhan energi strategis China, tetapi juga memiliki signifikansi besar untuk pengembangan energi dan ekonomi nasional China yang berkelanjutan di masa depan," demikian dilansir dari Phsy.org.

Ilmuwan China telah bekerja mengembangkan versi yang lebih kecil dari reaktor fusi nuklir sejak 2006.

Mereka berencana menggunakan perangkat tersebut bekerja sama dengan para ilmuwan yang mengerjakan Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional proyek penelitian fusi nuklir terbesar di dunia yang berbasis di Prancis, yang diharapkan selesai pada tahun 2025.

Perpaduan itu dianggap sebagai Cawan Suci energi dan itulah kekuatan matahari kita.

Alat itu menggabungkan inti atom untuk menciptakan energi dalam jumlah besar kebalikan dari proses fisi yang digunakan dalam senjata atom dan pembangkit listrik tenaga nuklir, yang memecahnya menjadi beberapa bagian.

Tidak seperti fisi, fusi tidak menghasilkan limbah radioaktif, dan mengurangi risiko kecelakaan atau pencurian bahan atom.

Tetapi mencapai fusi sangatlah sulit dan sangat mahal, dengan total biaya ITER diperkirakan mencapai US$22,5 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper