Darwinbox Incar Peluang Bisnis Ini pada 2021

Akbar Evandio
Senin, 18 Januari 2021 | 18:51 WIB
Ilustrasi Darwinbox. /Dok. blog.darwinbox.com
Ilustrasi Darwinbox. /Dok. blog.darwinbox.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Darwinbox, platform manajemen sumber daya manusia berbasis komputasi awan, memastikan pada 2021 menjadi momentum perusahaan rintisan (startup) berbasis SaaS untuk bertumbuh.

Menurut Jayant Paleti, Co-Founder Sales and Marketing Head Darwinbox, sepanjang 2020 telah membuktikan kapasitas manusia untuk beradaptasi dan berkembang dengan model kerja hybrid sehingga potensi model bisnis perangkat lunak berbentuk layanan (SaaS) diprediksi cerah.

“Ke depan, kombinasi WFH dan WFO menjadi solusi. Ada tren yang saya perkirakan terjadi pada 2021 dan 2022, di mana garis antara personal dan profesional semakin menipis. Itu sebabnya kami melihat peluang,” katanya melalui diskusi virtual terbatas, Senin (18/1/2021).

Lebih lanjut, Jayant mengatakan bahwa pada semester II/2020 adalah waktu terbaik dalam sejarah pertumbuhan bisnis mereka, dan perusahaan berhasil memberdayakan lebih dari 500 entitas global yang tersebar di lebih dari 60 negara.

“Ini memvalidasi bahwa kami telah berhasil. Teknologi kami berfungsi, kami menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien kami. Dan target kami adalah tumbuh 3 kali lipat dari sisi pendapatan pada akhir 2021," ujarnya.

Sekedar catatan, pada 2019 Darwinbox mengumumkan penggalangan dana baru sebesar US$15 juta yang dipimpin oleh Sequoia Capital untuk memperluas layanannya di luar India hingga Asia Tenggara. Adapun, investor eksisting Endiya Partners, Lightspeed Ventures dan 3one4 Capital juga berpartisipasi dalam penggalangan dana Seri B.

Dengan investasi terbaru, startup tersebut telah mengumpulkan total modal ekuitas sekitar US$20 juta.

Selain itu, dia mengatakan pergerakan yang dimulai pada 2020 ini akan terus meningkat pada 2021 dan terdapat tren yang akan mendominasi lanskap teknologi SDM di Asia Tenggara, yaitu investasi teknologi dalam manajemen pekerjaan jarak jauh.

“[Sebesar] 60 persen organisasi berinvestasi dalam alat manajemen tenaga kerja jarak jauh, 59 persen pada perekrutan dan orientasi digital, sementara 41 persen pada infrastruktur panggilan video,” kata Jayant.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper