Beralih dari Bitcoin, Mata Uang Kripto Ini Jadi Pilihan Para Hacker

Reni Lestari
Senin, 14 Juni 2021 | 11:35 WIB
Ilustrasi Bitcoin. Aset cryptocurrency terbesar ini menembus level US$23.000 untuk pertama kalinya pada Kamis (17/12/2020)./Bloomberg
Ilustrasi Bitcoin. Aset cryptocurrency terbesar ini menembus level US$23.000 untuk pertama kalinya pada Kamis (17/12/2020)./Bloomberg
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketika FBI berhasil membobol dompet kripto yang dipegang oleh peretas Colonial Pipeline dengan mengikuti jejak uang di blockchain bitcoin, hal ini menjadi peringatan bagi para penjahat dunia maya yang berpikir bahwa bertransaksi dalam mata uang digital secara otomatis melindungi mereka dari pengawasan.

Salah satu prinsip inti bitcoin adalah bahwa buku besar publiknya, yang menyimpan semua transaksi dapat dilihat oleh semua orang. Inilah sebabnya mengapa lebih banyak peretas beralih ke koin seperti dash, zcash, dan monero, yang memiliki anonimitas tambahan di dalamnya.

Monero, khususnya, semakin menjadi mata uang kripto pilihan bagi penjahat ransomware top dunia.

"Semakin banyak penjahat yang cerdas menggunakan monero,” kata Rick Holland, kepala petugas keamanan informasi di Digital Shadows, sebuah perusahaan intelijen ancaman siber, dilansir CNBC Internasional, Senin (14/6/2021).

Monero dirilis pada 2014 oleh konsorsium pengembang, banyak di antaranya memilih untuk tetap anonim. Sebagaimana dijabarkan dalam buku putihnya, privasi dan anonimitas adalah aspek terpenting dari mata uang digital ini.

Token privasi beroperasi pada blockchain-nya sendiri, yang menyembunyikan hampir semua detail transaksi. Identitas pengirim dan penerima, serta jumlah transaksi itu sendiri, disamarkan.

Karena fitur anonimitas ini, monero menyediakan kebebasan yang lebih besar bagi penjahat siber daripada beberapa alat pelacak dan mekanisme yang ditawarkan oleh blockchain bitcoin.

"Pada blockchain bitcoin, Anda dapat melihat alamat dompet apa yang ditransaksikan, berapa banyak bitcoin, dari mana asalnya, kemana perginya,” jelas Fred Thiel, mantan ketua Ultimaco, salah satu perusahaan kriptografi terbesar di Eropa, yang telah bekerja dengan Microsoft, Google, dan lainnya pada enkripsi pascakuantum.

Namun dengan monero, lanjutnya, blockchain mengaburkan alamat dompet, jumlah transaksi, siapa pihak lawannya, yang persis seperti yang diinginkan pelaku kejahatan.

Sementara bitcoin masih mendominasi permintaan ransomware, lebih banyak pelaku ancaman mulai meminta monero, menurut Marc Grens, presiden DigitalMint, sebuah perusahaan yang membantu korban perusahaan membayar uang tebusan.

“Kami telah melihat REvil memberikan diskon atau meminta pembayaran di monero, hanya dalam beberapa bulan terakhir,” lanjut Holland.

Monero juga merupakan pilihan populer di AlphaBay, pasar bawah tanah besar yang populer hingga ditutup pada 2017. Namun, ada beberapa hambatan utama dalam hal pengarusutamaan monero.

Pertama, ini tidak likuid seperti cryptocurrency lainnya, banyak bursa yang diatur memilih untuk tidak mencantumkannya karena masalah peraturan, jelas Mati Greenspan, Manajer Portofolio dan Pendiri Quantum Economics.

“[Mata uang] Ini tentu tidak menikmati banyak dari gelombang investasi institusional baru-baru ini,” katanya.

Dalam praktiknya, itu berarti lebih sulit bagi penjahat dunia maya untuk mendapatkan bayaran langsung dalam mata uang.

"Jika Anda adalah perusahaan dan Anda ingin mendapatkan banyak monero untuk membayar seseorang, itu sangat sulit dilakukan,” kata Thiel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Reni Lestari
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper